Kamis 26 Dec 2019 11:22 WIB

Militer Israel Akui Salah Sasaran Serang Warga Sipil

Israel mengaku telah melakukan kesalahan ketika melancarkan serangan udara di Gaza

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Israel mengaku telah melakukan kesalahan ketika melancarkan serangan udara di Gaza. Ilustrasi.
Foto: infopalestina
Israel mengaku telah melakukan kesalahan ketika melancarkan serangan udara di Gaza. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel mengaku telah melakukan kesalahan ketika melancarkan serangan udara di Gaza yang menewaskan sembilan anggota keluarga. Militer Israel mengklaim, pihaknya menargetkan rumah komandan militer kelompok bersenjata Palestina.

Namun, Israel salah sasaran dan melancarkan serangan ke sebuah rumah dan menewaskan sembilan anggota keluarga Sawarka di Deir al Balah. Serangan udara yang terjadi pada 14 November itu menyerang kediaman seseorang yang diduga merupakan karyawan Otoritas Palestina (PA), Rasmi Abu Malhous dan saudaranya Mohamed di Gaza.

Baca Juga

Serangan tersebut menewaskan Rasmi, istri keduanya Maryam, dan tiga dari 11 anak-anak mereka yakni Salim (3 tahun), Mohamad (12 tahun), dan Firas (3 bulan). Pemboman itu juga membunuh istri Mohamed Yousra (39 tahun), dan dua putra mereka, Moaaz (7 tahun) dan Waseem (13 tahun). Mohamed meninggal pada 22 November akibat luka-lukanya.

Ajlazirah melaporkan, dalam pernyataan pada Selasa (24/12) militer Israel mengatakan intelijen yang dikumpulkan sebelum serangan itu mengindikasikan bahwa kediaman yang ditargetkan adalah kompleks militer organisasi teroris. Militer Israel memperkirakan bahwa warga sipil tidak akan dirugikan akibat serangan itu.

Mereka meyakini lokasi yang ditargetkan tidak dapat diakses oleh warga sipil. Penyelidikan militer menemukan kegiatan militer dilakukan di markas dan bukan di sebuah komplek tertutup. Pada kenyataannya, wilayah yang mereka serang adalah kediaman warga sipil.

Militer Israel menyatakan mereka akan belajar dari kesalahan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Mereka menekankan bahwa pihaknya telah melakukan upaya besar untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil.

Selain itu, militer Israel menyalahkan kelompok bersenjata Palestina karena membahayakan penduduk sipil dengan menempatkan aset militernya di jantung populasi sipil. Israel berpendapat kelompok tersebut dengan sengaja membaur dengan warga sipil. 

Namun, pernyataan militer Israel ditolak oleh keluagra korban. Salah satu anggota keluarga korban, Mohamad Awad, mengatakan serangan udara yang dilakukan oleh Israel adalah kejahatan perang.

Sebab, Rasmi dan saudara lelakinya, Mohamed merupakan warga sipil dan tidak memiliki keterkaitan dengan kelompok bersenjata manapun. Awad membantah klaim Israel yang menyatakan bahwa Rasmi adalah anggota kelompok bersenjata dan karyawan PA. "Mereka beternak domba sebelum mereka terbunuh," ujar Awad.

Dalam laporan hari Selasa, tentara Israel mengklaim operasi November adalah sukses secara keseluruhan. Mereka telah memberikan pukulan telak kepada kelompok bersenjata dan meningkatkan keamanan warga sipil Israel.

Segera setelah serangan itu, juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengatakan di Twitter serangan itu menargetkan kepala unit roket Jihad Islam yang dia identifikasi sebagai Rasmi Abu Malhous. Surat kabar Israel Haaretz mengutip seorang pejabat militer Israel yang mengatakan klaim Adraee tampaknya didasarkan pada rumor palsu yang menyebar secara daring.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement