Kamis 09 Jan 2020 16:16 WIB

Iran: Masyarakat Timteng Ingin AS Hengkang dari Kawasan

Masyarakat Timteng dinilai sangat marah dengan keberadaan AS di kawasan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Tangkapan layar stasiun TV resmi Iran menayangkan peluncuran roket-roket yang ditembakkan ke arah markas militer AS di Irak Rabu (8/1).
Foto: IRIB (IRAN STATE TV)
Tangkapan layar stasiun TV resmi Iran menayangkan peluncuran roket-roket yang ditembakkan ke arah markas militer AS di Irak Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan masyarakat di Timur Tengah menginginkan Amerika Serikat (AS) hengkang dari kawasan tersebut. Menurutnya, masyarakat di sana sangat marah dengan keberadaan Washington.

"AS harus menyadari kenyataan bahwa orang-orang di kawasan ini sangat marah, bahwa masyarakat di kawasan ini menginginkan AS hengkang, dan AS tidak bisa bertahan di kawasan ini," kata Zarif dalam petikan wawancaranya dengan CNN, yang diunggah melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (9/1).

Baca Juga

Wawancara itu dilakukan sebelum Iran melancarkan serangan misil ke basis militer AS di pangkalan Ain al-Asad dan Erbil, Irak, pada Rabu (8/1). Dalam wawancara tersebut, reporter CNN bertanya kepada Zarif tentang apakah dia berpikir Iran dapat melancarkan serangan ke AS dari berbagai titik.

Pertanyaan itu diajukan karena Iran mengontrol sejumlah kelompok milisi dan banyak pasukan di Timur Tengah. "Tidak, kami memiliki masyarakat di pihak kami di kawasan ini. Itu jauh lebih penting," ujar Zarif.

Zarif pun menyinggung tentang peralatan militer canggih Washington yang menyedot dana hingga mencapai 2 triliun dolar AS. "Peralatan militer yang bagus tidak mengatur dunia. Rakyat yang mengatur dunia," ucapnya.

Dia menilai Trump telah mengonsumsi informasi keliru. "Dia harus sadar dan meminta maaf. Dia harus mengubah arah. Dia tak bisa menambah kesalahan di atas kesalahan lain. Dia hanya membuatnya lebih buruk untuk Amerika," ujar Zarif.

Pada Rabu lalu, Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan misil ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Pangkalan tersebut merupakan fasilitas yang dioperasikan bersama oleh pasukan Irak dan AS.

Garda Revolusi Iran menyebut serangan ke Pangkalan Ain al-Asad hanya permulaan dari serangkaian balas dendam atas dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh AS. Iran tak menetapkan batas waktu kapan serangan akan dihentikan.

"Kami memperingatkan semua negara sekutu AS bahwa jika serangan dilancarkan dari pangkalan di negara mereka ke Iran, mereka akan menjadi sasaran pembalasan militer," kata Garda Revolusi Iran.

Trump mengisyaratkan, serangan tersebut tak menyebabkan dampak serius. "Semua baik-baik saja. Rudal diluncurkan dari Iran ke dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Dia pun telah membuat pernyataan bahwa serangan Iran tak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Serangan Iran ke pangkalan Ain al-Asad kian meruncingkan hubungan AS dan Iran. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement