Jumat 10 Jan 2020 13:35 WIB

Pesawat Ukraina Jatuh Jadi Duka Bagi Dunia Akademik Kanada

Jatuhnya pesawat Ukraina menewaskan profesor dan peneliti dari berbagai kampus Kanada

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Tamu memberikan penghormatan di depan foto-foto kru pesawat Ukraine Airlines yang jatuh di dekat Teheran, Iran, Rabu (8/1).
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Tamu memberikan penghormatan di depan foto-foto kru pesawat Ukraine Airlines yang jatuh di dekat Teheran, Iran, Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kecelakaan pesawat Ukrainian Airlines di Iran menewaskan profesor dan peneliti dari berbagai kampus di seluruh penjuru Kanada. Hal itu meninggalkan lubang menyakitkan di komunitas akademik Kanada tempat orang-orang Iran kerap berperan di bidang teknik.

"Ini kehilangan yang tak bisa diungkapkan," kata profesor sosiologi University of Toronto, Neda Maghbouleh, Jumat (10/1).

Baca Juga

Maghbouleh mempelajari imigrasi Iran di Amerika Serikat dan Kanada. Empat mahasiswa University of Toronto tewas dalam kecelakaan pesawat Ukraina.

"Di pesawat kami kehilangan orang-orang itu sepenuhnya mencerminkan peneliti muda yang paling cerdas di seluruh dunia," kata Maghbouleh.

Banyak korban di pesawat itu adalah orang-orang Iran-Kanada yang berpendidikan tinggi. Beberapa orang di antaranya belajar bersama di Tehran Sharif University.

Menurut data imigrasi Kanada, jumlah mahasiswa internasional Iran di Kanada naik dua kali lipat pada 2016 sampai 2018. Sejak AS memperketat sanksi kepada Iran pada tahun 2017 banyak mahasiswa pasca-sarjana Iran belajar di Kanada.

Pesawat Ukrainian Airlines menuju Toronto via Kiev. Pesawat itu jatuh tidak lama setelah lepas landas dari Teheran, membunuh 176 orang yang ada di dalamnya. Pemerintah AS yakin Iran tidak sengaja menembak pesawat tersebut.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan 138 dari 176 penumpang dalam penerbangan tersebut sedang menuju Kanada. Sebanyak 63 diantaranya warga negara Kanada.

Presiden University of Alberta di Edmonton mengatakan kampusnya kehilangan 10 dosen, seorang mahasiswa paska sarjana dan seorang alumni. Korban lain memiliki hubungan dengan universitas-universitas di Quebec, Ontario, Nova Scotia, dan British Columbia.

Profesor teknik Concordia University Ali Dolatabadi mengatakan Kanada menjadi destinasi utama mahasiswa pasca-sarjana Iran. Sebagian besar karena menawarkan jalur kewarganegaraan bagi mahasiswa internasional. Dolatabadi merupakan pembimbing pasca-sarjana salah satu korban, Siavash Ghafouri Azar.

"Saya direktur program pasca-sarjana di departemen kami selama tujuh tahun dan dengan mudah dapat saya katakan setengah dari mahasiswa pasca-sarjana kami dari Iran," kata Dolatabadi.

Para mahasiswa dan pejabat universitas mengatakan mereka yang turut menjadi korban adalah para mentor dan akademisi unggul di bidang masing-masing. Salah satunya professor University of Alberta Mojgan Daneshmand, Kepala Peneliti Kanada di bidang mikrosistem frekuensi radio.

Korban lainnya adalah peneliti dalam bidang kendaraan elektronik hybrid, mekanik, komputer, dan kajian masyarakat pribumi. Pasangan baru menikah Arash Pourzarabi, 26 tahun dan Pouneh Gorji, 25 tahun mahasiswa pasca-sarjana ilmu komputer University of Alberta.

Pourzarabi peraih medali perak Olimpiade Nasional di bidang informatika. Pasangan itu juga lulus dari program teknik Sharif University yang bergengsi di Iran.

"Ada rasa sedih yang luar biasa di seluruh kampus penjuru negeri, dari pantai ke pantai, akan akan kursi-kursi kosong," kata presiden asosiasi 95 universitas di Kanada, Universities Canada, Paul Davidson. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement