Senin 13 Jan 2020 12:11 WIB

Iran Gunakan Gas Air Mata Bubarkan Demonstran

Gas air mata digunakan untuk membubarkan protes hari kedua di Teheran, Ahad (12/1)

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Gas air mata digunakan untuk membubarkan protes hari kedua di Teheran, Ahad (12/1). Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Hadi Mizban
Gas air mata digunakan untuk membubarkan protes hari kedua di Teheran, Ahad (12/1). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menghadapi krisis baru dengan pihak berwenang menggunakan gas air mata untuk membubarkan protes hari kedua di Teheran, Ahad (12/1) malam.  Demonstrasi pun menyebar ke kota-kota lain setelah militer mengakui melakukan penembakan terhadap sebuah pesawat dengan 176 orang di dalamnya.

Meskipun ada keamanan besar di jalan-jalan ibu kota, protes kecil berkobar di beberapa universitas di Teheran sepanjang Ahad. Cuplikan yang diposting secara daring menunjukkan demonstrasi yang terjadi di kota-kota lain termasuk Tabriz, Shiraz, dan Kermanshah.

Baca Juga

"Mereka mengatakan kepada kita kebohongan bahwa itu adalah Amerika, tetapi musuh kita ada di sini," teriak kerumunan orang di Universitas Shahid Beheshti Teheran dikutip dari The Guardian.

Saat matahari terbenam, pilar-pilar van keamanan termasuk beberapa yang dilengkapi dengan penutup, berjalan menuju Lapangan Azadi Teheran. Beberapa ratus pengunjuk rasa juga berjalan ke sana, berbaris melalui stasiun kereta bawah tanah. Di sepanjang jalan mereka menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan meneriakkan "kematian bagi diktator".

Rekaman video yang beredar kemudian menunjukkan gas air mata di udara dan pengunjuk rasa mengenakan kain di mulut mereka saat terus menyanyikan slogan anti-rezim. "Mereka menembakkan gas air mata ke stasiun kereta bawah tanah Azadi. Tidak ada yang bisa keluar, semua orang tercekik," kata seorang pria dalam satu klip.

Video lain dari Teheran menunjukkan jejak darah di trotoar. "Saya melihat tujuh orang ditembak. Ada darah di mana-mana," kata suara laki-laki memegang kamera.

Demonstrasi anti-pemerintah yang bangkit kembali mengancam untuk mengarahkan rezim Iran ke dalam krisis. Hal ini terjadi akibat militer dan beberapa pemimpin telah berbohong selama berhari-hari kalau rudal Iran tidak bertanggung jawab atas kecelakaan itu.

Dua pembawa acara TV pemerintah mengundurkan diri sebagai protes atas laporan palsu atas insiden tersebut. Media Iran bergabung dengan protes itu, dengan tajuk utama halaman depan yang bertuliskan "Malu" dan "Luar Biasa".

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan kerusuhan untuk mengintensifkan tekanan pada iran. Dia menyatakan dukungannya kepada para demonstran. "JANGAN MEMBUNUH PEMROTES ANDA. Dunia sedang menonton. Lebih penting lagi, AS mengawasi," tulisnya di Twitter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement