Jumat 17 Jan 2020 09:40 WIB

Suhu Bumi Naik, Australia Jadi Benua Paling Panas

Tahun 2019 kemarin suhu bumi rata-rata mencapai rekor tertinggi kedua dalam sejarah.

Red:
.
.

Organisasi Meteorologi Dunia, atau WMO, mengatakan tahun 2019 kemarin suhu bumi rata-rata mencapai rekor tertinggi kedua dalam sejarah.

Dunia Memang Semakin Panas

 

Suhu panas tertinggi yang pernah tercatat di dunia adalah di tahun 2016.

Organisasi yang berbasis di Jenewa, Swiss, tersebut mengumpulkan data dari berbagai pengukuran di dunia, diantaranya yang dikumpulkan Badan Angkasa Luar milik Amerika Serikat, atau NASA dan Data dari Kantor Cuaca Inggris.

Menurut WMO, semua penduduk dunia harus bersiap-siap menghadapi suhu udara yang lebih panas dan dapat mengakibatkan bencana, seperti kebakaran semak yang terjadi di Australia.

Data yang disimpulkan WMO menunjukkan suhu global di tahun 2019 adalah 1.1 derajat Celcius di atas sebelum industri revolusi.

Angka ini kemudian dianggap sebagai angka yang aman.

"Kita akan menghadapi suhu yang lebih ekstrim di sepanjang tahun 2020 dan juga selama beberapa dekade mendatang disebabkan gas rumah kaca yang ada di atmosfir," kata Sekjen WMO, Petteri Taalas.

"Australia sudah mengalami tahun paling panas dan paling kering dalam sejarah di tahun 2019, membuat terjadinya kebakaran semak yang sudah memakan korban begitu banyak orang, properti, satwa liar, ekosistem dan lingkungan."

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah menyebabkan cuaca sangat buruk seperti gelombang panas di Eropa di tahun 2019, serta badai topan yang pernah menghantam Kepulauan Bahamas di Karibia dan menewaskan sedikitnya 50.

 

Dalam kesepakatan yang dicapai di Paris tahun 2015, dunia menyetujui untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, sehingga pemanasan global tidak melebihi 1.5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Di atas angka tersebut, pemanasan global akan menyebabkan terumbu karang di dunia musnah dan juga melelehnya lapisan es di Kutub Utara.

Namun WMO mengatakan bila dunia tidak melakukan apapun, maka suhu dunia bisa naik antara 3 sampai 5 derajat Celcius.

Amerika Serikat, sebagai negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, serta produsen minyak dan gas besar, telah menarik diri dari Perjanjian Paris tahun lalu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump meragukan pendapat para ilmuwan mengenai pemanasan global.

Namun dalam pertemuan dengan wartawan hari Rabu lewat video, para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan data yang ada menunjukkan adanya pemanasan global.

Suhu terpanas tercatat dalam sejarah sebelumnya adalah di tahun 2016, ketika terjadinya fenomena cuaca yang dikenal dengan nama El Nino, yang membuat suhu permukaan laut naik 1.2 derajat Celcius.

"Di masa depan, kemungkinan yang terjadi adalah El Nino yang lebih panas dibandingkan sebelumya," kata ilmuwan WMO, Omar Baddour.

"Kita sudah harus mengibarkan bendera merah [tanda bahaya] sekarang."

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement