Ahad 19 Jan 2020 15:00 WIB

Virus Corona China Merebak Hingga Thailand dan Jepang

Infeksi 2019-nCoV dapat memunculkan keluhan yang mirip seperti gejala pneumonia.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga menggunakan masker untuk menghindari penyebaran virus pneumonia di pusat kota Tokyo, Kamis (16/1). Pemerintah Jepang meminta pengecekan kesehatan warganya yang baru kembali dari China setelah muncul wabah pneumonia di Kota Wuhan, China.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Warga menggunakan masker untuk menghindari penyebaran virus pneumonia di pusat kota Tokyo, Kamis (16/1). Pemerintah Jepang meminta pengecekan kesehatan warganya yang baru kembali dari China setelah muncul wabah pneumonia di Kota Wuhan, China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus misterius bernama 2019-nCoV telah menyebabkan wabah penyakit yang mirip pneumonia di China. Virus ini dilaporkan telah menyebar ke negara-negara lain seperti Thailand dan Jepang.

Otoritas kesehatan Thailand dan Jepang telang mengumumkan temuan kasus yang dicurigai berkaitan dengan 2019-nCoV. Otoritas Thailand mengungkapkan bahwa mereka menemukan kasus pertama terkait 2019-nCoV pada 13 Januari dan kasus kedua pada 17 Januari.

Baca Juga

Jepang juga telah mengumumkan temuan kasus 2019-nCoV pertama pada Kamis lalu dengan pasien seorang laki-laki berusia 30-an tahun. Pasien tersebut telah dirawat di rumah sakit dan sudah dinyatakan membaik pada 15 Januari.

Laki-laki asal Jepang ini mulai merasakan gejala pada 3 Januari lalu ketika sedang berpergian ke Wuhan, China. Laki-laki tersebut kembali ke Jepang pada 6 Januari dan langsung dirawat di rumah sakit.

2019-nCoV diketahui sebagai virus dari jenis coronavirus. Coronavirus ialah keluarga virus yang dapat menyebabkan gejala seperti pilek hingga severe acute respiratory syndrome (SARS). Infeksi 2019-nCoV dapat memunculkan keluhan yang mirip seperti gejala pneumonia.

Otoritas kesehatan meyakini bahwa virus baru ini hanya bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Huanan Wholesale Seafood Market di Wuhan dicurigai menjadi sumber awal penularan 2019-nCoV.

Hingga saat ini, belum ada konfirmasi mengenai transmisi atau penularan 2019-nCoV dari manusia ke manusia. Akan tetapi, kekhawatiran mengenai penularan manusia ke manusia muncul karena pasien asal Jepang tidak pernah mengunjungi pasar apapun yang menjual hewan hidup, sedangkan pasien asal Thailand pernah mengunjungi pasar yang menjual hewan hidup tapi tidak pernah mengunjungi Huanan Wholesale Seafood Market.

"Mengingat pola berpergian global, kasus-kasus baru di negara-negara lain sangat mungkin (ada)," ungkao Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan resmi, seperti dilansir Gizmodo.

Infeksi 2019-nCoV tak hanya dapat memunculkan gejala seperti pneumonia tetapi juga berisiko mematikan. Kasus kematian pertama akibat virus ini terjadi pada 9 Januari lalu. Pasien tersebut adalah laki-laki berusia 61 tahun di Wuhan.

Kasus kematian kedua terjadi pada 16 Januari lalu dengan pasien seorang laki-laki berusia 69 tahun yang juga tinggal di Wuhan. Pada kasus kematian kedua, pasien mengalami kerusakan pada banyak organ dan menderita tuberkulosis paru.

Bila penularan tak dapat terjadi antarmanusia, maka tindak pencegahan langsung relatif lebih mudah dilakukan untuk orang-orang yang sehat. Huanan Wholesale Seafood Market yang ditengarai menjadi sumber penularan telah ditutup dan dibersihkan pada 1 Januari lalu, hanya satu hari setelah ditemukan adanya keterkaitan antara pasar tersebut dan penyebaran 2019-nCoV. Setelah itu, pasar tersebut kembali dibuka dan beroperasi.

Tim dari German Center for Infection Research di Berlin juga telah mengembangkan tes laboratorium baru untuk 2019-nCoV. Dengan adanya tes ini, diharapkan dalam waktu dekat dokter dapat menegakkan diagnosis kasus suspek dengan baik.

"Ini juga akan membantu peneliti memahami apakah virus ini mampu menyebar dair manusia ke manusia," jelas Profesor Christian Drosten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement