Selasa 21 Jan 2020 08:11 WIB

Korban Jiwa Virus Wuhan Berjatuhan

Di Kota Wuhan sebanyak 136 kasus baru ditemukan pada akhir pekan lalu.

Seorang warga berjalan di pasar hidangan laut Huanan di Wuhan, China. Pemerintah China pada Senin (20/1) melaporkan peningkatan tajam jumlah penderita pneumonia akibat virus korona.
Foto: Kyodo News via AP
Seorang warga berjalan di pasar hidangan laut Huanan di Wuhan, China. Pemerintah China pada Senin (20/1) melaporkan peningkatan tajam jumlah penderita pneumonia akibat virus korona.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN – Pemerintah Republik Rakyat Cina melaporkan kematian yang ketiga terkait penularan dari virus korona misterius yang merebak dari Wuhan, Cina, Senin (20/1). Cina juga melaporkan hampir 140 kasus baru termasuk dalam penyebarannya sampai ke ibu kota negara itu, Beijing.

Virus korona baru (2019-nCoV) pertama kali muncul di Wuhan pada akhir Desember yang ditandai gelombang pasien pneumonia. Hingga kini, para ahli medis masih berjuang untuk memahami jenis baru virus korona yang menimbulkan gejala mirip dengan sindrom pernafasan akut parah (SARS).

Baca Juga

Kemunculan SARS berawal dari Cina selatan pada tahun 2002 sebelum menyebar ke Hong Kong dan tempat lain di dunia. Virus itu menginfeksi ribuan orang dan menyebabkan lebih dari 800 orang meninggal.

Sementara itu, virus korona biasanya menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti flu biasa. Namun, infeksi virus juga dapat memengaruhi saluran pernapasan bawah hingga menyebabkan pneumonia atau bronkitis.

Komisi Kesehatan Wuhan mencatat, di Kota Wuhan sebanyak 136 kasus baru ditemukan pada akhir pekan lalu. Sementara itu, Otoritas Kesehatan di Distrik Daxing, Beijing, mengatakan, dua orang yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan kini dirawat karena pneumonia dan berada dalam kondisi stabil.

Di Guangdong, seorang pria Shenzhen berusia 66 tahun dirawat pada 11 Januari setelah terserang demam dan menunjukkan gejala lain. Sebelumnya, ia mengunjungi kerabatnya di Wuhan.

Sebanyak 201 orang kini telah didiagnosis terjangkit virus di Cina. Di Wuhan, 170 orang masih dirawat di rumah sakit, termasuk sembilan orang dalam kondisi kritis.

Wuhan adalah kota berpenduduk 11 juta sebagai pusat transportasi utama, termasuk selama liburan tahunan tahun baru Imlek ketika ratusan juta orang Cina bepergian ke seluruh negeri untuk mengunjungi keluarga. Sejumlah kasus juga telah dilaporkan di Jepang, Thailand, dan Singapura dan bandara di kawasan itu. Kini, Amerika Serikat juga telah meningkatkan pemeriksaan medis.

Sementara itu, Korea Selatan (Korsel) melaporkan kasus pertama terkait virus korona baru. Kasus tersebut dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KCDC).

Dalam pernyataannya, KCDC mengatakan, seorang perempuan berusia 35 tahun yang berasal dari Wuhan, Cina, tiba Bandara Internasional Incheon. Ia diisolasi karena memiliki gejala virus korona baru, seperti demam tinggi.

"Pasien yang terkonfirmasi diidentifikasi di fase karantina dan tidak ada masyarakat yang terpapar. Saat ini mereka yang melakukan kontak dengannya seperti penumpang dan kru pesawat sedang diselidiki," tulis KCDC dalam keterangan pada Senin (20/1). KCDC tidak memberitahu perincian penerbangan perempuan tersebut.

KCDC mengatakan pasien asal Wuhan memberitahu pihak berwenang Korsel bahwa ia mengalami gejala virus korona baru, seperti demam tinggi, menggigil, dan nyeri otot. Ia mendapatkan resep obat demam dari rumah sakit di Wuhan.

Setelah mengonfirmasi kasus pertama virus korona baru ini. KCDC meningkatkan level peringatan dari siaga ke waspada dan terus melakukan pengawasan. Pemerintahan provinsi dan kota Korsel akan mengoperasikan sistem karantina darurat dalam waktu 24 jam, termasuk ketika musim liburan tahun baru Cina yang dimulai pekan depan.

photo
Warga menggunakan masker untuk menghindari penyebaran virus pneumonia di pusat kota Tokyo, Kamis (16/1). Pemerintah Jepang meminta pengecekan kesehatan warganya yang baru kembali dari China setelah muncul wabah pneumonia di Kota Wuhan, China.

Sambut Imlek

Pemerintah Cina menyatakan akan meningkatkan upaya penanggulangan wabah virus korona baru menjelang liburan tahun baru Imlek itu. "Komisi kami akan meningkatkan kewaspadaan selama Festival Musim Semi, memperhatikan dengan cermat perkembangan dan perubahan epidemi, dan mengarahkan penerapan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian," kata Komisi Kesehatan Nasional dikutip Channel News Asia, Senin (20/1).

Dalam musim liburan Imlek kali ini, diperkirakan sebanyak 1,4 miliar orang Cina akan melakukan perjalanan domestik dan luar negeri selama liburan tahun baru Cina yang dimulai pekan depan. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang penyebaran virus ke negara-negara lain.

Meskipun beberapa ahli mengatakan virus baru mungkin tidak mematikan seperti SARS, masih sedikit yang diketahui tentang prediksi tersebut, termasuk asal-usulnya dan seberapa mudah virus dapat ditularkan di antara manusia.

WHO mengatakan, beberapa kasus baru tampaknya tidak terkait dengan Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan yang diyakini sebagai pusat wabah. Sebab, upaya Cina untuk menerapkan skrining yang lebih luas, kasus-kasus baru dapat diidentifikasi dalam beberapa pekan mendatang.

"Fakta bahwa tiga kasus telah diekspor ke Thailand dan Jepang tanpa koneksi ke Pasar Makanan Laut Huanan menunjukkan bahwa virus telah menyebar di luar Pasar Makanan Laut Huanan ke masyarakat," kata David Hui, seorang profesor kedokteran pernapasan di Chinese University of Hong Kong.

Media pemerintah mengutip Wali Kota Wuhan Chen Yanxin mengatakan, Wuhan akan memperkuat pengawasan atas peristiwa besar dan mengurangi jumlah pertemuan publik. Pejabat Wuhan mengatakan, sejak 14 Januari, mereka menggunakan termometer inframerah di bandara, stasiun kereta api, dan terminal penumpang lainnya di kota itu untuk memperkuat penyaringan.

Sebuah laporan oleh MRC Centre London Imperial College untuk Analisis Penyakit Menular Global mengatakan, kemungkinan ada lebih banyak kasus dari yang sejauh ini dilaporkan Pemerintah Cina. Diperkirakan pada 12 Januari ada 1.723 kasus di Kota Wuhan dengan timbulnya gejala terkait.

photo
Koronavirus MERS

Waspada

Terus menyebarnya penularan virus korona misterius yang merebak dari Wuhan, Cina, membuat Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan telah meminta peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk menuju Tanah Air.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono menyatakan, thermal scanner alias pemindai suhu tubuh akan disiapkan di bandara dan pelabuhan untuk mendeteksi para penumpang yang baru tiba. Sebanyak 135 pintu masuk negara dari jalur darat, laut, dan udara dipasangi pemindai tersebut.

“Alat kami sangat sensitif. Kalau ada orang yang suhunya di atas 38 derajat Celsius pasti akan tertangkap oleh pemindai kita. Nah, itu akan diperiksa lebih mendalam oleh petugas kesehatan," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta Anas Ma'ruf dalam konferensi pers di Kemenkes, kemarin.

Menurut dia, pemindai itu sedianya sudah tersedia sejak lima tahun lalu. Menurut Anas, di Jakarta ada 30 penerbangan langsung dari Cina per pekan. Sedangkan, di Bali, ada 20 penerbangan langsung dari Cina per pekan. Dari jumlah itu, dua di antaranya langsung dari Wuhan. n Fergie Nadira, Lintar Satriaantara/reuters ed: fitriyan zamzam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement