Rabu 22 Jan 2020 09:35 WIB

Virus Wuhan Masuk ke Filipina-Taiwan

Wabah menyebar dari Kota Wuhan di Cina ke kota lain termasuk Beijing dan Shanghai.

Komisi Kesehatan Nasional Cina akhirnya buka suara soal menyebarnya penyakit pneumonia yang disebabkan virus korona jenis baru di Kota Wuhan (Ilustrasi masyarakat China pakai masker)
Foto: Pxhere
Komisi Kesehatan Nasional Cina akhirnya buka suara soal menyebarnya penyakit pneumonia yang disebabkan virus korona jenis baru di Kota Wuhan (Ilustrasi masyarakat China pakai masker)

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sebaran pasien yang terjangkit virus korona misterius dari Wuhan, Cina, terus meluas. Terkini, Filipina dan Taiwan melaporkan temuan kasus yang dikhawatirkan merupakan dampak dari epidemik tersebut.

Pada Selasa (21/1), Pemerintah Filipina mengumumkan bahwa mereka tengah menyelidiki dugaan kasus virus korona yang menimpa seorang bocah laki-laki berusia lima tahun. Warga negara Cina itu diketahui yang mempunyai riwayat perjalanan ke Kota Wuhan di wilayah Cina bagian tengah.

Baca Juga

Menteri Kesehatan Filipina Francisco Duque menyatakan, bocah yang mengalami gejala mirip flu sebelum tiba di Filipina itu teruji positif diserang virus korona. Namun, belum dapat dipastikan jenis virus tersebut hingga pemerintah mendapat hasil dari sampel yang diuji di Australia.

Bocah itu langsung dikarantina di sebuah rumah sakit setelah beberapa jam mendarat di Kota Cebu, Filipina bagian tengah, pada 12 Januari lalu bersama dengan ibunya. “Gejala mirip flu yang ditunjukkan oleh korban, antara lain, demam dan iritasi tenggorokan disertai batuk,” kata Duque kepada media di Filipina, kemarin.

Kementerian Kesehatan Filipina juga menyebut bahwa pihaknya melakukan pengawasan terhadap tiga warga negara Cina lainnya yang tiba di Filipina dengan gejala serupa. Ketiga warga negara Cina itu tak memiliki riwayat perjalanan ke Kota Wuhan.

Pemerintah Taiwan juga telah mengonfirmasi kasus pertama infeksi dari virus korona baru, Selasa (21/1). Pusat Kendali Penyakit Taiwan menyatakan, wanita berusia sekira 50 tahun dari Taiwan itu teridentifikasi sempat bepergian ke Wuhan sebelum kembali ke Taiwan.

Sejauh ini, wabah telah menyebar dari pusat Kota Wuhan di Cina ke kota-kota lain, termasuk Beijing dan Shanghai. Sementara, lebih dari belasan orang lain dengan virus itu muncul di Provinsi Guangdong bagian selatan. Kasus-kasus lain juga telah dilaporkan di luar Cina, termasuk di Korea Selatan, Thailand, Jepang, dan Singapura.

Virus korona baru (2019-nCoV) pertama kali muncul di Wuhan pada akhir Desember yang ditandai gelombang pasien pneumonia. Hingga kini, para ahli medis masih berjuang untuk memahami jenis baru virus korona yang menimbulkan gejala mirip dengan sindrom pernapasan akut parah (SARS).

Kemunculan SARS berawal dari Cina selatan pada 2002 sebelum menyebar ke Hong Kong dan tempat lain di dunia. Virus itu menginfeksi ribuan orang dan menyebabkan lebih dari 800 orang meninggal.

Sementara itu, virus korona biasanya menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti flu biasa. Namun, infeksi virus juga dapat memengaruhi saluran pernapasan bawah hingga menyebabkan pneumonia atau bronkitis.

photo
Seorang warga berjalan di pasar hidangan laut Huanan di Wuhan, China. Pemerintah China pada Senin (20/1) melaporkan peningkatan tajam jumlah penderita pneumonia akibat virus korona.

Kemarin, Otoritas Kesehatan Kota Wuhan melaporkan orang keempat yang meninggal dunia karena virus korona misterus tersebut. Korban jiwa adalah seorang pria berusia 89 tahun. Ia jatuh sakit pada 13 Januari dan dirawat di rumah sakit dengan kesulitan bernapas lima hari berturut-turut. Otoritas Wuhan kemudian mengumumkan, hari berikutnya ia meninggal.

Pernyataan Otoritas Wuhan mencatat bahwa pasien juga memiliki penyakit kesehatan yang mendasarinya, seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner. Jika ditotal hingga kini, ada 169 orang dirawat di rumah sakit di Wuhan, tempat pertama kali adanya virus ini.

Dalam pernyataan terpisah yang diumumkan dalam akun resmi Weibo, Komisi Kesehatan Wuhan mengatakan, 15 petugas medis di kota itu didiagnosis menderita pneumonia. Dari petugas medis yang terinfeksi, seorang berada dalam kondisi kritis.

Berita tentang kematian orang keempat ini muncul setelah seorang pakar pemerintah Beijing mengatakan, virus terbaru ini ternyata menular antarmanusia. Sebelumnya, diyakini bahwa penularan virus itu hanya dapat terjadi dari hewan ke manusia dan berawal dari pasar makanan laut di Wuhan.

Seorang ilmuwan di Komisi Kesehatan Nasional Cina, Zhong Nanshan, juga mengatakan, pasien dapat tertular virus baru tanpa mengunjungi Wuhan. "Saat ini, dapat dikatakan secara pasti bahwa ada fenomena penularan dari manusia ke manusia," ujarnya dalam wawancara dengan media Cina, CCTV, Selasa (21/1). Pihak berwenang mengonfirmasi total 217 kasus baru birus di Cina pada Senin (20/1) pukul 18.00 waktu setempat. Dari jumlah tersebut, 198 kasus ada di Wuhan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akan membentuk komite darurat pada Rabu (22/1). Badan yang bermarkas di Jenewa ini membentuk komite darurat untuk menilai apakah wabah itu merupakan keadaan darurat kesehatan internasional. Mereka akan melakukan pertemuan untuk menentukan tindakan yang harus diambil untuk mengelolanya.

Sejauh ini, WHO belum merekomendasikan pembatasan perdagangan atau perjalanan. Namun, panel ahli independen dapat melakukannya atau membuat rekomendasi lain untuk membatasi penyebaran.

Sementara itu, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, menghentikan wabah dan menyelamatkan nyawa adalah prioritas utama. Hal ini melihat jumlah pasien yang terkena virus korona jenis baru ini lebih dari tiga kali lipat dan orang yang meninggal terus bertambah.

"Kehidupan dan kesehatan masyarakat harus diberi prioritas utama dan penyebaran wabah harus diatasi dengan tegas," kata Presiden Xi, seperti dikutip oleh televisi pemerintah. n dwina agustin/fergi nadira/reuters, ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement