Senin 06 Jan 2020 14:09 WIB

Surat Albert Camus Era Nazi Jerman Ditemukan di Prancis

Surat Albert Camus ditemukan dalam himpunan arsip pemimpin perang Prancis.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Albert Camus
Foto: Britannica
Albert Camus

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis baru saja memperingati 60 tahun kematian sastrawan dan filsuf Albert Camus pada 4 Januari lalu. Berbarengan dengan momen tersebut, sebuah surat yang ditulis Camus saat Prancis berada di bawah pendudukan Nazi Jerman ditemukan.

Surat itu ditemukan dalam himpunan arsip pemimpin perang Prancis era Perang Dunia II, Jenderal Charles de Gaulle. Camus menulis suratnya pada 1943. Kala itu Prancis berada di bawah rezim kolaboratif Vichy dari Marsekal Philippe Pétain dan Nazi. 

Baca Juga

Surat berjumlah tiga halaman itu diberi judul "From an Intellectual Resistant". "Di sini saya dengan singkat merangkum perasaan seorang intelektual Prancis dalam menghadapi situasi saat ini karena dapat diamati dari dalam wilayah. Singkatnya, perasaan pertamanya adalah kesedihan," kata Camus dalam paragraf pembuka suratnya, seperti dilaporkan laman the Guardian. 

Dia yakin perang yang telah diadopsi kota-kota metropolitan di Prancis, di mana semua warganya terlibat, dapat mengarah pada kelahiran kembali dan kejatuhan yang pasti dari orang-orang di sana. Kendati demikian, dalam risalah filosofis tersebut Camus menegaskan Prancis tak berkecil hati. 

"Perasaan ganda, kesedihan dan ketidakpastian, menentukan iklim di mana kebanyakan orang Prancis hidup. Adalah kekanak-kanakan untuk percaya bahwa ini pada saat yang sama menyebabkan keputusasaan. Justru sebaliknya yang benar, tapi sekali lagi mereka yang telah mengambil alih takdir eksternal negara tidak boleh mengabaikan kekacauan yang menyertai kebanyakan orang di sini," kata Camus. 

Kekhawatiran terbesar Camus tampaknya adalah pembaruan elite intelektual Prancis setelah "kehancuran yang mengerikan" dari para pemikir. Ia menekankan panggilan mendesak penting untuk masa depan Prancis. 

"Keadilan dan kebebasan tidak bisa saling eksklusif dan masih penting untuk membangun kembali dunia serta menentang logika sejarah yang merusak," ujar Camus. 

"Pembuangan sistematis orang-orang berbadan sehat di daerah ini tidak hanya membunuh negara, tapi juga ide-ide yang hidup serta giat yang akan memastikan masa depannya," kata Camus.

Menurutnya hal tersebut harus dihindari. "Dalam situasi inilah kita harus mengingatkan orang setiap hari, setiap jam, jika perlu dalam semua artikel, semua siaran, semua pertemuan, semua proklamasi yang ditujukan kepada mereka yang mengatur kecepatan perang ini. Sisanya terserah kita," ujar Camus. 

Para sejarawan mengungkapkan surat Camus pada masa perang itu jarang ditemukan. Mereka bahkan berpikir telah menemukan semua karya tulis Camus. Teks surat itu akan diterbitkan secara lengkap dalam buku baru tentang Camus yang ditulis sejarawan dan profesor di Sciences Po, Vincent Duclert. 

Camus meninggal karena kecelakaan pada 4 Januari 1960. Saat itu mobil yang dikemudikan penerbitnya, Michel Gallimard, menabrak pohon. Camus meninggal pada usia 46 tahun.

Namun, dalam sebuah buku yang diterbitkan belum lama ini, penulis Italia Giovanni Catelli, mengungkapkan bahwa Camus dibunuh oleh agen mata-mata KGB. Itu merupakan balasan atas retorika anti-Uni Soviet-nya. 

Camus diketahui mendukung dan memihak pemberontakan Hungaria sejak musim gugur 1956. Ia sangat kritis terhadap tindakan Soviet. Dia pun secara terbuka memuji serta mengapresiasi penulis Rusia Boris Pasternak yang dianggap anti-Soviet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement