Kamis 23 Jan 2020 15:23 WIB

ABK Korban Sandera Abu Sayyaf Diserahkan ke Keluarga

ABK WNI yang dibebaskan dari penyanderaan Abu Sayyaf diserahkan ke keluarganya

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kedua kiri) disaksikan korban penyanderaan kelompok gerilyawan Filipina Abu Sayyaf, Muhammad Farhan (kiri) berjabat tangan dengan keluarga korban saat serah terima korban sandera ke keluarga di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kedua kiri) disaksikan korban penyanderaan kelompok gerilyawan Filipina Abu Sayyaf, Muhammad Farhan (kiri) berjabat tangan dengan keluarga korban saat serah terima korban sandera ke keluarga di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (23/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Farhan, anak buah kapal (ABK) WNI yang telah dibebaskan dari penyanderaan Abu Sayyaf, diserahkan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi kepada pihak keluarga. Serah terima berlangsung pada Kamis (23/1).

“Atas kerja sama dengan otoritas Filipina, maka saudara Farhan bisa dibebaskan dengan selamat,” kata Retno dalam acara serah terima di Kementerian Luar Negeri.

Baca Juga

Farhan diselamatkan oleh militer Filipina di Baranggay Bato Bato, Indanan Sulu, pada 15 Januari 2020. Pria asal Baubau, Sulawesi Tenggara itu merupakan salah satu dari tiga WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia pada 23 September 2019.

Sebelumnya, dua sandera lain yakni Maharudin yang adalah ayah Farhan serta Samiun yang telah dibebaskan pada 22 Desember. Keduanya telah diserahkan langsung oleh Menlu kepada keluarga pada 26 Desember 2019.

Akan tetapi, hanya berselang sehari sejak pembebasan Farhan, kasus penculikan kembali terjadi pada lima ABK WNI yang sedang melaut di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Untuk itu, Menlu Retno mengimbau para nelayan Indonesia yang bekerja di kapal-kapal ikan Malaysia untuk berhati-hati, di samping meminta pemerintah Malaysia untuk meningkatkan pengamanan di perairan Sabah.

Sejak 2016, tercatat 44 WNI menjadi korban dari 13 kasus penculikan yang terjadi di perairan Sabah, Malaysia. "Kita mohonkan perhatian kepada pemerintah Malaysia untuk meningkatkan pengamanan di wilayah yang menjadi fokus mereka, (karena) kita punya komitmen menjaga wilayah air masing-masing negara," kata Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement