Ahad 26 Jan 2020 16:35 WIB

Akibat Corona, Wuhan Seperti Kota Mati

Sekolah hingga pusat perbelanjaan di Wuhan kosong.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pengendara sepeda motor melintasi jalanan Kota Wuhan yang kosong, Sabtu (25/1). Pemerintah China melarang warganya bepergian selain mengisolasi kota.
Foto: Chinatopix via AP Photo
Seorang pengendara sepeda motor melintasi jalanan Kota Wuhan yang kosong, Sabtu (25/1). Pemerintah China melarang warganya bepergian selain mengisolasi kota.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Penyebaran virus corona di Wuhan telah menjadikan kota itu tampak seperti kota mati. Situasi itu terlihat pasca-Pemerintah Cina mengisolasi kota tersebut.

Seperti dilansir Daily Star, Ahad (26/1), seorang turis Amerika di Kota Cina menggambarkan berbagai kondisi menakutkan tersebut pada Jumat. 

Baca Juga

Dalam video turis tersebut, hanya terdapat beberapa orang yang berkeliaran di jalan-jalan Wuhan yang kosong. Padahal Wuhan memiliki jumlah penduduk hingga 11 juta orang.

Video ini menunjukkan sekolah dan pusat perbelanjaan kosong dan hanya satu toko kelontong kecil yang tetap buka. Kantor pos juga terlihat memajang tanda yang mengatakan kantor itu ditutup sampai bulan depan.

"Kami masih belum dalam situasi panik," ujar turis AS itu.

Dia menambahkan bahwa meskipun diisolasi, kota ini masih memiliki persediaan yang cukup. Tetapi persediaan itu kemungkinan mulai habis dalam dua minggu.

Saat ini jumlah kematian di Cina akibat virus corona telah meningkat menjadi 41 orang. Lebih dari 1.400 orang dikatakan terinfeksi di seluruh negeri dan secara global, termasuk Prancis, Thailand, AS, dan Australia. Jumlah orang yang dites untuk virus Corona di Inggris telah melebihi 30, tetapi masih belum ada kasus yang dikonfirmasi.

Upaya menemukan penyebab Virus ini telah ditelusuri dari mulai pasar makanan laut di Wuhan yang secara ilegal menjual hewan hidup, termasuk kelelawar dan marmut.

Diperkirakan kini ada 56 juta orang diisolasi di Cina, dengan transportasi umum ditutup, untuk menghentikan penyebaran virus corona lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement