Senin 27 Jan 2020 19:14 WIB

'Tak Tahu Harus Apa Lagi': 100 Anak-anak Australia Terjebak di Wuhan, China

Larangan berpergian keluar dan masuk ke kawasan tersebut telah diberlakukan.

Red:
.
.

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengatakan staf-nya sedang bekerja sama dengan pihak berwenang China agar bisa mengeluarkan warga Australia dari Wuhan, kota di China yang menjadi tempat mewabahnya virus corona yang mematikan.

Dilaporkan ada lebih dari 1.900 orang yang terinfeksi penyakit ini dan provinsi Hubei mengkonfirmasi 326 kasus baru pada hari Minggu (26/01).

Baca Juga

ABC telah mengkonfirmasi setidaknya ada 100 anak-anak berkewarganegaraan Australia yang saat ini terjebak di provinsi itu.

Diantara anak-anak tersebut berusia enam bulan hingga 16 tahun yang sedang berada di Wuhan untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan keluarganya.

Larangan berpergian keluar dan masuk ke kawasan tersebut telah diberlakukan, setelah jumlah kematian akibat virus terus meningkat diatas 50 orang.

 

Chen Chen, yang istrinya Cherry Xiao sedang hamil 34 minggu, mengatakan kepada ABC jika istrinya sangat khawatir dengan larangan berpergian di Wuhan, apalagi diperkirakan ia akan melahirkan bulan Mei mendatang.

"Saya sangat khawatir dengan anak dan istri saya, kami melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit Tongji, di mana beberapa perempuan hamil lainnya diketahui terjangkit virus corona," ujar Chen.

"Keluarga kami tak tahu apa lagi yang harus dilakukan di sini sekarang dan kami terlalu takut untuk pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan istri saya selanjutnya," ujarnya

"Ketika batas lahir semakin dekat, yang bisa kami harapkan adalah bantuan dari Pemerintah Australia," kata Chen.

Yi Xu, ayah dari seorang bayi perempuan berusia enam bulan juga tak sabar lagi untuk membawa pulang anaknya ke Australia.

Ia meminta pemerintah Australia di bawah pimpinan PM Scott Morrison untuk segera menyewa pesawat agar bisa memulangkan warga China dengan kewarganegaraan Australia yang terjebak di Wuhan.

"Pemerintah Australia perlu mengikuti apa yang dilakukan Amerika Serikat untuk menyewa pesawat untuk mengevakuasi warganya dalam keadaan darurat," kata Xu kepada ABC.

Amerika Serikat dilaporkan terus berusaha mengevakuasi warganya dari kota Wuhan dengan menggunakan penerbangan sewaan. Hal yang sama juga sedang diusahakan oleh Pemerintah Prancis.

Sementara itu, Nathan Wang mengatakan kepada ABC, putrinya yang berusia 11 bulan dalam keadaan sakit dan terjebak di Wuhan, bersama istri dan anak keduanya.

 

Mereka mengaku kesulitan untuk mendapatkan akses ke perawatan kesehatan setempat, karena takut terkena resiko, selain keterbatasan sumber daya.

Ayah dari dua anak ini sekarang sedang berada di Melbourne dan mengatakan, "tak bisa tidur, sebagai seorang ayah, saya sangat putus asa". "Saya bersalah karena semua risiko dan tekanan hanya ditanggung oleh istri saya."

Nathan mengatakan istri dan anak-anaknya telah berencana untuk pulang pada 10 Februari, sebelum larangan berpergian dari kota Wuhan diberlakukan. Ia mengaku paham soal larangan berpergian untuk melindungi kesehatan warga yang lain.

Namun ia mengatakan, pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi anak-anak warga negara Australia dari kota Wuhan. "Kami benar-benar ingin anak-anak kembali, karena rumah sakit di Wuhan kewalahan," katanya.

Menlu Australia telah mengeluarkan pernyataan dengan mempertimbangkan memberikan bantuan kepada warganya di China.

"Departemen Luar Negeri dan Perdagangan bekerja sama dengan pihak berwenang China dan mitra internasional untuk mempertimbangkan kemungkinan bantuan dipulangkannya mereka ke Australia," kata Menlu Payne.

Simak laporannya dalam bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement