Selasa 28 Jan 2020 15:58 WIB

FAA dan FBI Selidiki Kecelakaan Helikopter Kobe Bryant

FAA dan FBI menyelidiki penyebab kecelakaan yang menimpa helikopter Kobe Bryant

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Asap mengepul di lokasi jatuhnya helikopter Sikorsky S-76 yang ditumpangi pebasket Kobe Bryant, Ahad (26/1) waktu setempat di Calabasas, California. FAA dan FBI menyelidiki penyebab kecelakaan yang menimpa helikopter Kobe Bryant.
Foto: Mark J Terry/AP
Asap mengepul di lokasi jatuhnya helikopter Sikorsky S-76 yang ditumpangi pebasket Kobe Bryant, Ahad (26/1) waktu setempat di Calabasas, California. FAA dan FBI menyelidiki penyebab kecelakaan yang menimpa helikopter Kobe Bryant.

REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Penyelidik AS tengah melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab kecelakaan helikopter yang menewaskan bintang bola basket Kobe Bryant di Kalifornia pada hari Ahad (26/1) lalu. Sembilan orang yang berada di helikopter tewas, termasuk putri Bryant yang berusia 13 tahun, Gianna.

Penyelidik diharapkan untuk fokus pada kondisi cuaca yang berkabut dan pada setiap kegagalan mekanis yang mungkin terjadi. Penyelidik dari Federal Dilansir BBC pada Selasa (28/1), Aviation Administration (FAA) dan National Safety Safety Board (NTSB) berkumpul di area tersebut untuk melakukan investigasi tabrakan secara terpisah.

Baca Juga

Agen federal memiliki tim yang terdiri dari sekitar 20 orang di LA dan akan bekerja dengan FAA, pabrik helikopter dan perusahaan yang membuat mesinnya. Penyelidik mulai mencari melalui reruntuhan pada Senin (27/1). FBI membantu staf NTSB mendokumentasikan tempat kejadian yang merupakan prosedur standar.

Helikopter Sikorsky S-76B jatuh ke lereng bukit di luar kota Calabasas, sebelah barat Los Angeles, pada Ahad (26/1) pukul 09.45 waktu setempat. Kondisi cuaca berkabut ketika penerbangan lepas landas dan polisi setempat telah mendaratkan helikopter mereka karena cuaca buruk.

"Pilot meminta pengawas lalu lintas udara untuk izin khusus, yang dikenal sebagai Peraturan Penerbangan Visual Khusus, untuk terbang dalam cuaca yang kurang optimal," kata anggota dewan NTSB Jennifer Homendy yang pergi ke lokasi kecelakaan untuk mengumpulkan bukti.

Helikopter itu berputar di udara selama 12 menit sebelum diberikan izin. Pilot kemudian meminta pengawas untuk mengikuti penerbangan, sebuah bantuan yang diberikan kepada helikopter untuk menghindari tabrakan. Tetapi pilot diberitahu bahwa pesawat itu terlalu rendah untuk diambil oleh radar.

Beberapa menit kemudian, pilot mengatakan dia menanjak untuk menghindari lapisan awan. Helikopter naik dan mulai berbelok ke kiri, menurut data radar, sebelum komunikasi hilang konsisten dengan lokasi kecelakaan.

Menurut Thomas Anthony, Direktur Program Keselamatan dan Keamanan USC Aviation, pilot dapat mengalami disorientasi spasial ketika mereka terbang dalam kondisi mendung karena kurangnya input visual. "Karena itu perlu menggunakan instrumen penerbangan yang memberi Anda cakrawala buatan," jelas Anthony.

Namun, ia menambahkan bahwa tidak pernah ada satu hal yang menyebabkan kecelakaan pesawat. Menurutnya penyelidik perlu melihat ke hal-hal lain yang menyebabkan kecelakaan tragis ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement