Kamis 30 Jan 2020 17:29 WIB

'Kami Bukan Tahanan': Tak Semua Warga Australia Mau Dievakuasi Dari Wuhan

Mereka yang dievakuasi akan dikirim ke Christmas Island untuk dikarantina dua pekan.

Red:
.
.

Orangtua dari beberapa anak Australia yang terperangkap di kota Wuhan, Cina akibat wabah virus corona telah menyampaikan pandangannya soal rencana evakuasi yang diusulkan pemerintah.

Beberapa diantaranya bahkan merasa keberatan dengan usul untuk dikarantina terlebih dahulu di Christmas Island.

Baca Juga

Ketimbang mengirimkan anak-anaknya ke pusat penahanan di Christmas Island, beberapa keluarga mengatakan mereka lebih suka tinggal di Wuhan, kota dimana virus corona berasal yang sudah menjangkit lebih dari tujuh ribu orang dan setidaknya menewaskan 170 orang.

Kepada ABC, sejumlah keluarga mengatakan mereka juga akan dikenai biaya hingga 1.000 dolar AS per orang untuk proses evakuasi.

Setidaknya ada 140 anak-anak Australia terjebak di Wuhan, yang akses transportasinya telah ditutup sejak 23 Januari lalu.

Hari Rabu (29/01), Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengumumkan Pemerintah akan mengevakuasi warga Australia yang berisiko terjangkit virus corona di provinsi Hubei, China.

Menurut rencana mereka yang dievakuasi akan dikirim ke Christmas Island untuk dikarantina selama dua minggu, sebelum ke Australia.

 

Para keluarga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah PM Morrison karena sudah merumuskan rencana mengevakuasi mereka dari Wuhan.

Tapi mereka khawatir fasilitas di pusat penahanan imigrasi Christmas Island tidak ramah untuk anak-anak.

Mereka juga menegaskan jika sudah paham bahwa kesehatan masyarakat luas di Australia lebih diutamakan.

Wenbo Yu, warga Adelaide, yang istri dan dua anaknya berada di Wuhan, mengatakan keluarganya mempertimbangkan untuk menolak tawaran evakuasi pemerintah.

"Kami lebih suka mereka tinggal di Wuhan," kata Yu kepada ABC.

"Dibandingkan dengan Wuhan, kami yakin Christmas Island akan lebih tidak jelas lagi," katanya.

Seorang ibu di Sydney, Wu, mengatakan setelah membaca berita tentang Christmas Island, putrinya bertanya apakah mereka "melakukan sesuatu yang salah?"

"Kami bukan tahanan, bagaimana mereka bisa memperlakukan kami di pusat penahanan ketimbang di fasilitas medis yang layak?" Kata Liu, salah satu warga asal Sydney lainnya.

"Pemerintah tidak akan mengirim warganya ke pusat penahanan Christmas Island, jika mereka yang terperangkap di Wuhan adalah warga kulit putih Australia," katanya.

"Sebagai seorang ibu, saya akan merasa sangat menyesal membawa anak perempuan saya ke pusat penahanan untuk tujuan karantina."

 

Ia juga mengatakan pemerintah tidak melakukan konsultasi dengan warga sebelum membuat pengumuman.

"Kami terpaksa menerima tawaran ini ... kami tidak punya pilihan lain karena Pemerintah hanya memberi kami satu opsi untuk bertahan hidup," katanya.

10 orangtua mengaku kepada ABC jika mereka telah diminta membayar $1.000 per orang, termasuk anak-anak dan bayi, untuk diterbangkan keluar China.

Mereka mengatakan telah menerima telepon dari Konsulat Australia di Shanghai dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT).

Dalam pernyataannya, DFAT mengatakan penarikan biaya "adalah praktik standar selama bertahun-tahun dalam kasus-kasus di mana Pemerintah memberikan bantuan penjemputan, dimana warga Australia diharuskan berkontribusi pada biaya pemulangan mereka."

"Misalnya dalam bantuan penjemputan dengan menyewa pesawat bagi warga Australia di Kairo, saat kerusuhan Arab Spring tahun 2011 dan konflik Libanon tahun 2006."

 

ABC menemukan biaya evakuasi tidak termasuk transportasi domestik di Cina dan Australia, mereka harus mengatur perjalanan mereka sendiri sebelum dan setelah karantina.

Para orangtua juga mengatakan "tidak memungkinkan" pergi ke bandar udara Wuhan dari rumah mereka, mengingat kota itu menutup akses angkutan umum pekan lalu.

Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton telah mengkonfirmasi bahwa untuk evakuasi orang-orang harus membayar sejumlah uang, tanpa menyebutkan berapa biayanya.

Mereka yang tinggal di Australia dengan paspor China saat masuk ke China tidak akan dapat dievakuasi, ujar salah satu orangtua.

Masih belum jelas apakah mereka yang memiliki status penduduk tetap, atau PR, dapat naik pesawat untuk dievakuasi.

Satu keluarga mengatakan mereka diberitahu DFAT bahwa petugas konsulat Australia masih bernegosiasi dengan pembuat keputusan, yakni Pemerintah China.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement