Selasa 11 Feb 2020 19:47 WIB

Iran Peringati 41 Tahun Revolusi Islam

Puluhan ribu warga Iran menyemuti seluruh jalan di ibu kota Teheran

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Puluhan ribu warga Iran menyemuti seluruh jalan di ibu kota Teheran dalam rangka memperingati 41 tahun revolusi Islam pada Selasa (11/2) waktu setempat. Ilustrasi.
Foto: EPA
Puluhan ribu warga Iran menyemuti seluruh jalan di ibu kota Teheran dalam rangka memperingati 41 tahun revolusi Islam pada Selasa (11/2) waktu setempat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Puluhan ribu warga Iran menyemuti seluruh jalan di ibu kota Teheran dalam rangka memperingati 41 tahun revolusi Islam pada Selasa (11/2) waktu setempat. Perayaan ini terjadi di ambang meningkatnya ketegangan hubungan Iran dengan Amerika Serikat (AS).

Bendera Iran berkibar di seluruh jalan di Teheran. Suhu udara yang dingin tak menghalangi kerumunan warga menyemuti jalan-jalan di Teheran dengan memegang poster pendiri Republik Islam, almarhum Ayatollah Ruhollah Khomeini. Mereka berbondong-bondong berkumpul di Lapangan Azadi Teheran.

Baca Juga

"Kematian bagi Amerika! kami akan bertahan sampai akhir!" demikian tulisan di beberapa spanduk yang digiring beberapa orang.

Berbicara di hadapan keramaian, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa AS tidak tahan dengan revolusi Islam yang tetap ada selama 41 tahun setelah menjatuhkan sekutu AS kala itu, Shah. "Tidak tertahankan bagi AS untuk menerima kemenangan sebuah negara besar, dan bahwa negara adikuasa telah pergi dari tanah ini, tanah kita," ujar Rouhani dikutip Aljazirah.

"Wajar bagi mereka untuk bermimpi, selama 41 tahun, kembali ke tanah ini, karena mereka tahu bahwa kita adalah salah satu negara paling kuat di Timur Tengah," ujarnya menambahkan.

Perayaan tahun ini menandai hari di mana pemimpin Syiah Khomeini kembali dari pengasingan. Kala itu, dia langsung menggulingkan pemerintahan terakhir Shah.

Negara telah mengajukan permohonan untuk partisipasi yang kuat sebagai solidaritas setelah satu tahun di mana Iran telah terguncang oleh protes dan ketegangan militer dengan AS. Saudara lelaki peimpin pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Hadi Khamenei, menilai perayaan ini adalah simbol persatuan rakyat Iran.

"Mengamankan negara dan wilayah kita bergantung pada persatuan kita dan partisipasi dalam perkumpulan ini adalah simbol persatuan ini," ujar Hadi Khamenei.

Ekonomi Iran memang terpukul sejak Presiden AS Donald Trump pada 2018 mangkir dari perjanjian nuklir internasional. Sejak saat itu, Trump menerapkan kembali sanksi dan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran.

Ketika Iran menaikkan harga bensin pada November, protes nasional meletus. Sempat terjadi bentrokan kekerasan sebelum pasukan keamanan menurunkannya di tengah-tengah pemadaman internet.

Ketegangan dengan Washington semakin meningkat pada awal Januari ketika serangan pesawat nirawak AS menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani di Baghdad. Iran kemudian membalas dengan menargetkan pasukan AS, namun kemudian secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah pesawat Ukraina yang menewaskan semua 176 orang di dalamnya. Hal ini sudah tentu jadi tragedi yang memicu kemarahan di dalam dan luar negeri.

Peringatan perayaan 41 tahun Revolusi Islam tahun ini juga datang menjelang pemilihan parlemen penting di Iran. Aliansi kaum moderat dan reformis yang mendorong Rouhani ke tampuk kekuasaan pada 2013 berebut untuk menghindari kehilangan mayoritas dalam pemilihan 21 Februari. Pemerintah Rouhani telah mendapat tekanan kuat dari kaum konservatif untuk menyetujui perjanjian nuklir 2015 yang telah terurai sejak keputusan Trump untuk mundur darinya dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan.

sumber : Al Jazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement