Jumat 14 Feb 2020 17:00 WIB

China Kembangkan Metode Plasma Tangani Virus Corona

China mengembangkan metode plasma pemulihan untuk menangani pasien Corona

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19. China mengembangkan metode plasma pemulihan untuk menangani pasien Corona. Ilustrasi.
Foto: AP
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19. China mengembangkan metode plasma pemulihan untuk menangani pasien Corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China telah mengembangkan metode plasma pemulihan untuk menangani pasien virus Corona atau Covid-19. Cara itu diklaim cukup ampuh untuk menyembuhkan mereka yang terinfeksi.

China National Biotec Group mengatakan plasma dari pasien yang pulih digunakan untuk melawan virus sebab dalam plasma tersebut telah terdapat antibodi penawar virus. "Produk plasma untuk mengobati virus Corona baru dibuat dari plasma yang diisi dengan antibodi yang disumbangkan oleh pasien yang pulih. Ia melalui inaktivasi virus dan diuji terhadap antibodi penawar virus serta beberapa mikroorganisme patogen," kata China National Biotec Group dikutip laman South China Morning Post, Jumat (14/2).

Baca Juga

China National Biotec Group telah melakukan fase pertama perawatan dengan menggunakan metode tersebut terhadap tiga pasien kritis di rumah sakit di Distrik Jiangxia, Wuhan, pada 8 Februari lalu. Hasilnya cukup efektif.

Tes klinis menunjukkan setelah 12 hingga 24 jam perawatan, indikator inflamasi utama di laboratorium menurun secara signifikan. Proporsi limfosit pun meningkat.

Indikator kunci seperti saturasi oksigen darah dan viral load meningkat. Tanda dan gejala klinis pun membaik secara signifikan. Menurut China National Biotec Group, saat ini terdapat 10 pasien yang sedang menjalani perawatan dengan metode plasma pemulihan.

Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan vaksin untuk Covid-19 kemungkinan tersedia dalam 18 bulan. Hingga waktu itu tiba, semua metode perawatan dan penanganan pasien yang cukup efektif harus diterapkan.

"Kita harus melakukan segalanya hari ini menggunakan senjata-senjata yang tersedia," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat menggelar konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Selasa lalu.

Hingga Jumat, jumlah warga Cina yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 1.380 orang. Saat ini Cina masih menangani 60 ribuan kasus infeksi virus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement