Senin 17 Feb 2020 15:59 WIB

Perlukah Kita Pakai Masker untuk Cegah Virus Corona?

Di Australia, warga diimbau tidak perlu menggunakan masker saat bepergian.

Red:
.
.

Harga masker di Indonesia telah mencapai Rp 2 juta per kotak dan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto menyalahkan konsumen yang gencar membeli masker. Benarkah kita memiliki ketakutan tertular virus corona yang berlebihan?

Setelah merebaknya Virus Corona, masker yang paling banyak diburu oleh warga adalah masker jenis N95. Masker bedah ini dipercaya mampu menangkal virus di udara sampai 95 persen.

Baca Juga

Akibatnya, harganya melonjak dari Rp 200 ribu per kotak menjadi Rp 2 juta per kotak.

Saat dikonfirmasi, tanggapan Menteri Kesehatan sedikit mengejutkan karena bernada menyalahkan warga yang membeli masker.

"Salahmu sendiri kok beli? Enggak usah. Masker itu untuk yang sakit. Tadi Parani (Dr Paranietharan) bilang dari WHO enggak ada gunanya."

"(Masker) untuk yang sakit supaya tidak menulari orang lain kalau sakit. Kalau sehat enggak perlu," tambah Terawan di Halim Perdanakusuma, Jakarta, akhir pekan lalu kepada wartawan (15/02).

Penggunaan masker yang 'salah kaprah'

 

dr Aria Fahrial Syam, Guru besar dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga sudah mengingatkan salah kaprah penggunaan masker yang kini ramai di Indonesia.

"Memang sebenarnya kalau kita tidak sedang sakit atau tidak berada di kerumunan, tidak perlu menggunakan masker," tulisnya di kolom opini di harian Jawa Pos (15/02).

Sementara di Australia, warga juga telah diimbau untuk tidak perlu menggunakan masker saat bepergian.

"Sampai saat ini, semua kasus yang kita tangani berasal dari provinsi Hubei, dan kontak dengan mereka yang terkena virus tersebut dari sana," kata Brendan Murphy, Chief Medical Officer Australia, seseorang yang menduduki jabatan kepala mengenai masalah medis.

Artinya, tidak ada alasan bagi masyarakat untuk mengenakan masker, karena resiko penularan virus corona rendah.

Imbauan yang sama juga diberlakukan di Singapura, seperti yang dimuat di salah satu surat kabar, menyusul aksi memborong masker setelah virus corona mewabah.

Tak berguna bagi mereka yang sehat

Para pakar mengatakan penyebaran virus corona terjadi lewat cairan yang keluar dari mulut atau hidung ketika seseorang bersin atau batuk.

Karenanya mereka mengatakan virus corona menyebar melalui kontak dalam jarak dekat.

Masker bedah, salah satunya jenis N95, yang terlihat banyak digunakan sekarang ini, bisa mencegah cairan lebih besar yang keluar dari mulut atau hidung mereka yang sudah mengidap virus.

 

Itulah mengapa mereka yang sudah terkena virus dianjurkan untuk menggunakannya, termasuk bagi mereka yang berada di Wuhan, tempat penyebaran virus tersebut.

Namun menurut Abrar Cughtai, pakar penyakit menular dari University of New South Wales, masker operasi tidak dibuat untuk melindungi dari masalah penyebaran penyakit lewat pernapasan.

"Ketika masker wajah dibuat pertama kali di awal abad 19, ahli bedah mulai menggunakannya untuk mencegah penyebaran kuman dari mulut dokter ke meja operasi." kata dr Chughtai.

"Tujuan utamanya adalah mencegah penyebaran infeksi."

Masker operasi tidak memiliki penutup di sekitar wajah, sehingga tidak bisa mencegah masuknya partikel udara.

"Orang yang sakit harus menggunakan masker. Bagi mereka yang sehat di tingkat komunitas, tidak perlu menggunakan masker." kata dr Chughtai.

dr Aria menambahkan, masker N95 digunakan dalam jangka pendek dan bukan untuk sehari-hari. Alih-alih untuk proteksi, pengguna masker N95 malah akan membuat penggunanya kekurangan oksigen.

"Kondisi itu dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau kolaps/pingsan. Apalagi jika pengguna masker tersebut sudah memiliki masalah dengan paru-parunya," lanjutnya.

Teknik mencuci tangan yang baik

Mengingat sejauh ini belum ada vaksin untuk mencegah virus corona, langkah terbaik yang bisa dilakukan untuk menangkal infeksi adalah dengan menghindari paparan virus ini.

Daripada sibuk memikirkan masker apa yang harus dikenakan, orang yang sehat sebaiknya melakukan pencegahan yang sama dengan pencegahan terhadap flu.

Seperti flu dan virus musiman lainnya, salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah mencuci tangan dengan sering.

Penelitian menunjukkan mencuci tangan secara signifikan membantu mencegah penyakit dan penyebaran infeksi.

Mencuci tangan seharusnya tidak hanya dilakukan setelah ke toilet, tapi juga:

  • setelah batuk atau bersin,
  • sebelum makan dan ketika menyiapkan makanan,
  • setelah memegang binatang,
  • ketika merawat seseorang yang tidak sehat.

 

Mencuci tangan dengan cepat di bawah keran air tidak akan banyak membantu.

Supaya tangan kita bebas kuman, kita perlu mencuci tangan kita dengan sabun selama setidaknya 20 detik di bawah air yang mengalir.

Dalam situasi tidak ada air, pembersih tangan atau gel yang mengandung paling sedikit 60% alkohol adalah pilihan yang terbaik.

Jangan sembarangan memegang sesuatu

Cara paling umum penyebaran penyakit musiman adalah ketika tangan kita mengambil sesuatu dari permukaan yang terkontaminasi.

Setelah virus ada di tangan kita akan sangat mudah untuk berpindah ke mulut, hidung atau mata, di mana virus bisa lebih mudah memasuki sel dan membuat kita sakit.

Jadi, hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut, terutama jika Anda belum mencuci tangan sebentar.

Jika batuk atau bersin, tutupi mulut dan hidung dengan siku atau tisu, kemudian membuang tisu ke tempat sampah yang tertutup.

Adalah ide bagus pula untuk membersihkan dengan disinfektan benda dan permukaan yang sering disentuh.

Seperti halnya flu, hindari kontak langsung dengan orang yang sakit. Dan jika Anda sakit, jaga jarak Anda dari orang lain untuk melindungi mereka dari sakit.

Jika Anda pernah ke China dan mengalami gejala mirip flu, laporlah ke dokter umum dan jelaskan gejala dan riwayat perjalanan Anda.

Jangan langsung mendatangi praktik dokter atau rumah sakit tanpa memberi tahu mereka terlebih dahulu, karena mereka perlu membuat persiapan untuk melindungi orang lain sebelum Anda tiba.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement