Kamis 20 Feb 2020 10:37 WIB

Dua Pasien Virus Corona di Kapal Pesiar Jepang Meninggal

Lebih dari 620 penumpang kapal telah dites positif terinfeksi Covid-19.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Penumpang Diamond Princess melambaikan tangan ke penumpang lain yang meninggalkan kapal di Daikoku Pier Cruise Terminal, Yokohama, Tokyo, Rabu (19/2). Sebanyak 75 WNI masih berada di kapal Diamond Princess.
Foto: EPA
Penumpang Diamond Princess melambaikan tangan ke penumpang lain yang meninggalkan kapal di Daikoku Pier Cruise Terminal, Yokohama, Tokyo, Rabu (19/2). Sebanyak 75 WNI masih berada di kapal Diamond Princess.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dua pasien virus corona baru atau Covid-19 dari penumpang kapal pesiar Diamond Princess dilaporkan meninggal dunia. Pengumuman ini menyusul kelompok kedua dari para penumpang yang meninggalkan kapal setelah selesai masa karantina 14 hari di kapal yang berlabuh di Yokohama, Jepang.

Lebih dari 620 penumpang kapal telah dites positif terinfeksi Covid-19. Kapal pesiar ini bermuatan 3.711 orang yang terdiri dari para penumpang tamu dan kru dari 56 negara di dunia.

Baca Juga

Media NHK yang mengutip sumber pemerintah mengatakan, penumpang yang meninggal adalah pria dan wanita berusia 80-an tahun. Penyebaran virus ini telah memicu kecaman pihak berwenang hanya beberapa bulan sebelum Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas.

Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato mengatakan kepada Parlemen Jepang bahwa para pejebat terkait telah meminta saran ahli dan menanggapi virus ini setiap harinya. Dalam upaya meyakinkan masyarakat, Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan pernyataan dalam dua bahasa, Inggris dan Jepang.

Pernyataan tersebut mengatakan, semua penumpang di kapal pesiar Diamond Princess harus tinggal di kabin pesawat sejak 5 Febuari untuk masa observasi. Sekitar 500 penumpang akan turun dari kapal pada Kamis (20/2) waktu setempat. Sementara 100 orang akan berangkat pada penerbangan dengan pesawat.

Pada Rabu, sejumlah penumpang yang dites negatif dan tidak menunjukkan gejala virus boleh meninggalkan kapal. Mereka yang telah berbagi kamar dengan orang-orang yang dites positif diharuskan untuk tetap dikarantina, seperti halnya kru. Meski demikian, Kementerian Kesehatan Jepang tidak dapat mengonfirmasi berapa banyak orang yang tersisa di kapal itu atau kapan penurunan penumpang akan selesai.

Lebih dari 150 penumpang Australia tiba di rumah setelah keberangkatan sebelum fajar dari Bandara Haneda Tokyo. Mereka akan menghadapi masa karantina 14 hari lagi.

Beberapa penumpang asal Hong Kong juga dievakuasi. Para penumpang asal Kanada juga dijadwalkan berangkat pada penerbangan Jumat pagi waktu Tokyo. Selain itu, penerbangan evakuasi juga tengah diatur bagi penumpang berwarga negara Inggris unutk meninggalkan Tokyo pada Jumat.

Awal pekan ini, Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang pertama mengevakuasi lebih dari 300 warganya dengan dua penerbangan carteran dari Jepang. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, masih ada sekitar 45 warga AS di atas kapal pesiar pada Kamis. Orang AS yang dievakuasi akan kembali menyelesaikan masa karantina 14 hari, seperti halnya negara lain yang mengevakuasi warganya.

Namun, penumpang Jepang yang turun tidak menghadapi pembatasan seperti itu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, pihaknya merujuk saran dari Institut Nasional Penyakit Infeksi Jepang (NIID) untuk tidak melakukan observasi 14 hari lagi. NIID mengatakan, seharusnya tidak ada masalah jika orang tidak menunjukkan gejala selama 14 hari dan telah diuji negatif untuk virus selama periode kesehatan mereka dalam pengawasan.

Selain yang ada di kapal pesiar dan pengungsi yang pulang dari Wuhan, China, sekitar 70 kasus infeksi domestik telah dikonfirmasi di Jepang, termasuk 25 di Tokyo. Penyebaran virus ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang perencanaan Olimpiade Musim Panas Tokyo serta dampaknya terhadap ekonomi Jepang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement