Rabu 30 Sep 2020 21:54 WIB

Kanada dan Inggris Sanksi Lukashenko

Sebelumnya, Uni Eropa juga mengancam Belarus dengan sanksi.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/AP Photo/BelTA/N. Petrov
picture-alliance/AP Photo/BelTA/N. Petrov

Inggris dan Kanada sejak hari Selasa (29/9) memberlakukan sanksi terhadap pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, putranya dan enam pejabat senior pemerintah lainnya menyusul sengketa pemilihan presiden dan tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa di Belarusia.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan; “Sanksi diberlakukan dalam koordinasi dengan Kanada, dalam upaya untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi dan menekan mereka yang bertanggung jawab atas penindasan."

“Sanksi tersebut diberlakukan antara lain bagi Alexander Lukasehnko dan putranya, Victor Lukashenko serta kepala kantor kepresidenan Igor Sergeenko”, lanjut Dominic Raab. "Kami akan meminta pertanggungjawaban atas tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap rakyat Belarus, dan kami akan membela nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia kami," tambah menlu Inggris itu.

Uni Eropa belum terapkan sanksi

Menlu Inggris Dominic Raab.Dia menjelaskan, sanksi tersebut meliputi larangan kunjungan dan pembekuan aset, betujuan untuk mengirim "pesan yang jelas" kepada "rezim yang kejam dan curang" bahwa "kami tidak menerima hasil pemilihan yang curang ini."

Sebelumnya, Uni Eropa juga mengancam Belarus dengan sanksi, namun belum ada yang diterapkan karena keberatan Siprus.

Belarus sebelumnya mengumumkan, Alexander Lukashenko sudah dilantik sebagai presiden baru dalam sebuah acara tertutup. Komisi pemilu Belarus mengumumkan, hasil pemilihan presiden bulan lalu dimenangkan Alexander Lukashenko dengan 80% suara. Namun pengumuman itu memicu protes massal berminggu-minggu dari publik yang menuduh hasil perhitungan dipalsukan dan menuntut pengunduran diri Lukashenko.

Selama beberapa hari pertama aksi demonstrasi, aparat keamanan sudah menangkap lebih dari 7.000 orang dan menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Merkel terima tokoh oposisi Belarus

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan hari Rabu (30/9) bahwa dia akan mengadakan pembicaraan dengan pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanovskaya yang beberapa hari lalu telah bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Saya akan segera bertemu dengan pemimpin oposisi, saudara Tikhanovskaya," kata Merkel kepada parlemen Jerman, Bundestag. Dia memuji keberanian para perempuan di Belarus yang melancarkan aksi protes selama berminggu-minggu, sekalipun menghadapi ancaman kekerasan dari aparat keamanan.

Merkel menegaskan, Jerman tidak mengakui Alexander Lukashenko sebagai pemenang pemilihan presiden di Belarus, dan mengutuk aksi kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.

"Ketika Anda melihat keberanian yang ditunjukkan oleh para perempuan Belarus yang tampil di jalanan, untuk hidup bebas dari korupsi, maka saya hanya bisa mengatakan: Saya mengaguminya dan menganggap ini benar-benar mengesankan," kata Merkel.

hp/as (afp, rtr, dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement