Kamis 30 Sep 2021 14:15 WIB

Menko Muhadjir: Pidato Bung Karno Masih Relevan Hingga Kini

Bung Karno Menegaskan Indonesia tak mengikuti konsep liberal dan komunis.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Agus raharjo
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui, pidato Soekarno pada 30 September 1960 di sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih relevan hingga saat ini. Menurut dia, semangat Bung Karno untuk bangsa Indonesia tak akan pernah padam.

“Menurut saya dalam rangka menggelorakan ruh semangat jihad dari Bung Karno ketika pidato di depan Majelis Umum PBB tahun 1960 itu tetap masih relevan untuk saat-saat ini,” ujar Muhadjir dalam acara Peringatan 61 Tahun Pidato Bung Karno secara daring, Kamis (30/9).

Bung Karno menyampaikan pidato berjudul ‘To Build the World A New’ yang diartikan ‘Membangun Dunia Kembali’ di hadapan para petinggi dunia di markas besar PBB. Bung Karno berusaha mengajak negara-negara anggota PBB untuk turut serta dalam memperjuangkan nasib negara di Asia-Afrika.

Muhadjir menuturkan, gairah Bung Karno untuk kemajuan Tanah Air harus terus digelorakan agar masyarakat mewarisinya. Nilai-nilai dan visi-misi yang ditanamkan Bung Karno dapat dilanjutkan generasi penerus bangsa demi Indonesia maju seperti impian para penerus bangsa.

Di era globalisasi dan kecanggihan teknologi ini tentu menjadi peluang maupun tantangan yang harus dihadapi generasi muda membawa Indonesia ke kancah dunia. Bung Karno, sebagai putra terbaik bangsa dan pemimpin muda mampu menunjukkan Indonesia di mata dunia dan dengan lantang mengkritik negara-negara yang telah mapan.

Namun, Muhadjir mengingatkan agar Pancasila tetap dipegang teguh sebagaimana Bung Karno menegaskan Pancasila sebagai jalan perdamaian dunia, keadilan, dan kesetaraan. Bung Karno menegaskan Indonesia tidak dipimpin maupun tidak mengikuti konsep liberal maupun komunis.

Proses dialektika dalam perumusan Pancasila pun, kata Muhadjir, Bung Karno berupaya menampung semua pendapat dan membahasnya di forum-forum. Hingga akhirnya Pancasila bukan saja falsafah dasar, melainkan pandangan Indonesia bagi dunia.

“Mari lah kita terus mengumandangkan, menggelorakkan, gairah semangat Bung Karno yang tidak akan pernah padam untuk bangsa Indonesia ini,” tutur Muhadjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement