Kamis 25 Nov 2021 23:13 WIB

Menghitung Kerugian Piala Dunia Setiap Dua Tahun

FIFA ingin menggelar Piala Dunia setiap dua tahun, UEFA menentang.

Rep: Rahmat Fajar / Red: Israr Itah
Benjamin Pavard saat mengangkat trofi Piala Dunia 2018 bersama timnas Prancis (ilustrasi). FIFA berencana menggelar Piala Dunia setiap dua tahun, yang mendapatkan tentangan dari UEFA.
Foto: AP Photo/Matthias Schrader
Benjamin Pavard saat mengangkat trofi Piala Dunia 2018 bersama timnas Prancis (ilustrasi). FIFA berencana menggelar Piala Dunia setiap dua tahun, yang mendapatkan tentangan dari UEFA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana perubahan pelaksanaan Piala Dunia setiap dua tahun dan format Piala Dunia Antarklub menjadi lebih besar masih dalam tahap perdebatan. Terutama dalam hal untung ruginya kepada liga domestik. Menurut studi yang disusun oleh konsultan KPMG dan Delta Partners FTI, perubahan tersebut dapat merugikan liga sepak bola domestik dan UEFA sekitar 8 miliar Euro (Rp 128 triliun) per musim. Ini karena hilangnya hak siar TV, pendapatan di hari pertandingan, dan perjanjian komersial lainnya, dilansir dari ESPN, Kamis (25/11).

Kompetisi internasional yang lebih sering dilakukan serta penambahan pertandingan internasional khusus klub jelas akan mengubah tatanan liga domestik yang sudah berlangsung lama. Termasuk pengurangan jumlah tim yang ikut serta di dalamnya. Tak hanya itu, perubahan tersebut juga bisa menyebabkan pergeseran pertandingan dari akhir pekan ke hari kerja dan lebih sedikit pertandingan domestik.

Baca Juga

Langkah perubahan tersebut selain memangkas pendapatan klub pun diperkirakan akan mengurangi minat orang-orang menyaksikan permainan sepakbola. Secara otomatis akan mengurangi minat penginklan sehingga pemain juga akan terkena imbasnya seperti permainan mereka akan semakin buruk.

Presiden FIFA Gianni Infantino mengakui FIFA membahas penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun bukan empat tahun. Sosok yang paling getol menyuarakan Piala Dunia digelar dua tahun adalah mantan pelatih Arsenal Arsene Wenger. Dia kini menjabat sebagai Kepala Pengembangan Global FIFA.

Ia juga mengusulkan pengurangan pertandingan kualifikasi pada jeda internasional. Wenger ingin Piala Dunia digelar di tahun-tahun alternatif yang tak bersamaan dengan kejuaraan kontinental seperti Piala Eropa dan Copa America. Wenger pun mengusulkan waktu wajib istirahat bagi pemain agar terhindar dari kelelahan.

Gagasan perubahan penyelenggaraan Piala Dunia dan Piala Dunia Antarklub tersebut mendapatkan tentangan kuat dari UEFA. Sebab mereka punya kompetisi yang sangat populer dan menguntungkan yaitu Liga Champions. Liga-liga seperti Serie A Italia, La Liga dan Liga Inggris merupakan kompetisi domestik yang diminati banyak orang di dunia. Sehingga wajar jika UEFA adalah pihak yang paling menentang wacana Wenger tersebut.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin berpendapat Piala Dunia yang lebih sering akan melemahkan nilai dari turnamen itu sendiri. Selain itu, menurutnya, juga merugikan kompetisi lain. Ceferin pun mengancam akan memimpin pemboikotan Piala Dunia jika wacana tersebut dilaksanakan.

"Sampai sekarang, sepak bola klub adalah 80 persen, sepak bola tim nasional 20 persen. Saya ingin menjaga keseimbangan itu," kata Wenger dalam penjelasannya, September lalu.

photo

Kepala Pengembangan Global FIFA Arsene Wenger. - (EPA-EFE/Valeriano di Domenico)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement