Sabtu 26 Mar 2022 12:59 WIB

China Eastern Bantah Pangkas Biaya Pemeliharaan Rp 22,5 Triliun

Pemangkasan dana telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat China Eastern

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah Airbus A320 milik China Eastern Airlines meluncur di Bandara Internasional Taoyuan di Kota Taoyuan, Taiwan, 08 Januari 2020 (diterbitkan kembali 21 Maret 2022). Pemangkasan dana telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat China Eastern.
Foto: EPA-EFE/DAVID CHANG
Sebuah Airbus A320 milik China Eastern Airlines meluncur di Bandara Internasional Taoyuan di Kota Taoyuan, Taiwan, 08 Januari 2020 (diterbitkan kembali 21 Maret 2022). Pemangkasan dana telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat China Eastern.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China Eastern Airlines membantah isu pihaknya memangkas dana pemeliharaan pesawat senilai 10 miliar yuan (sekitar Rp 22,5 triliun) sepanjang tahun 2021, Jumat (25/3/2022). Pemangkasan dana itu telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat miliknya di Guangxi pekan ini yang menewaskan 132 orang.

Dalam konferensi pers di Nanning, Guangxi, maskapai itu membantah rumor tersebut. "Untuk menjamin keselamatan, biaya pemeliharaan ditingkatkan, meskipun frekuensi penerbangan lebih sedikit karena COVID-19," kata China Eastern dalam sebuah pernyataan yang dikutip media-media setempat.

Baca Juga

Bahkan dibandingkan dengan 2019, biaya pemeliharaan pada 2021 naik 12 persen. Demikian ditulis China Daily mengutip China Eastern. "Karena China Eastern terdaftar di lantai bursa, silakan cek data-data yang sudah terbuka dan transparan itu," kata pihak maskapai yang berkantor pusat di Shanghai tersebut.

Kecelakaan udara terbesar di China dalam 12 tahun terakhir itu juga diduga disebabkan oleh kerusakan pada pickle fork, komponen yang menyatukan badan dan sayap pesawat. China Eastern mengatakan tidak ada masalah dengan komponen itu sehingga perbaikan tidak dibutuhkan, apalagi diperbaiki secara mandiri seperti yang diisukan selama ini.

Pakar kedirgantaraan dari Beihang University Profesor Huang Jun menduga pilot pesawat nahas tersebut kehilangan kendali. "Salah satu alasan jatuhnya pesawat itu secara tiba-tiba bisa jadi karena kerusakan sistem kendali penerbangan secara tiba-tiba," katanya seperti dikutip Global Times.

Dengan kegagalan fungsi pada sistem kendali tersebut, kata dia, pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu akan kehilangan daya angkat. Jatuhnya pesawat itu dari ketinggian hampir 9.000 meter dalam penerbangan dari Kunming, Provinsi Yunnan, menuju Guangzhou, Provinsi Guangdong, masih meninggalkan misteri.

Pesawat tersebut jatuh secara vertikal sebelum meledak dan terbakar saat menghunjam perbukitan di Kabupaten Tengxiang, Guangxi. Tim penyelamat berhasil menemukan satu dari dua kotak hitam pesawat.

Nilai saham China Eastern di bursa Shanghai terus menurun sejak kecelakaan itu. Hingga perdagangan saham ditutup pada Jumat (26/3/2022), harga saham maskapai itu mencapai 4,90 yuan (Rp 11.050,57) atau turun 5,41 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement