Rabu 30 Mar 2022 09:27 WIB

Puluhan Diplomat Rusia Diusir dari Eropa

Puluhan diplomat Rusia dicurigai melakukan spionase.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Aksi spionase (ilustrasi). Beberapa negara Eropa telah mengusir puluhan diplomat Rusia yang dicurigai melakukan spionase. Ini merupakan tindakan terkoordinasi Eropa dengan latar belakang perang Rusia di Ukraina.
Foto: gadabimacreative.blogspot.com
Aksi spionase (ilustrasi). Beberapa negara Eropa telah mengusir puluhan diplomat Rusia yang dicurigai melakukan spionase. Ini merupakan tindakan terkoordinasi Eropa dengan latar belakang perang Rusia di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Beberapa negara Eropa telah mengusir puluhan diplomat Rusia yang dicurigai melakukan spionase. Ini merupakan tindakan terkoordinasi Eropa dengan latar belakang perang Rusia di Ukraina.

Belanda akan mengusir 17 orang Rusia. Mereka merupakan perwira intelijen yang menyamar sebagai diplomat. Sementara Belgia mengatakan akan mengusir 21 diplomat dari kedutaan Rusia.

Baca Juga

Irlandia mengatakan kepada empat pejabat senior Rusia untuk meninggalkan negara itu, karena ada kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan standar perilaku diplomatik internasional. Sedangkan Republik Ceko memberikan waktu 72 jam kepada diplomat Rusia untuk meninggalkan negara itu.

Pekan lalu, Polandia mengusir 45 orang Rusia yang diidentifikasi pemerintah sebagai perwira intelijen. Mereka menggunakan status diplomatik sebagai kedok untuk beroperasi di Warsawa.

Pada Selasa (29/3/2022), Belanda mengambil keputusan untuk mengusir diplomat Rusia setelah berkonsultasi dengan negara anggota Eropa lainnya termasuk Amerika Serikat. Pengusiran serupa juga dilakukan oleh Amerika Serikat, Polandia, Bulgaria, Slovakia, Estonia, Latvia, Lithuania, dan Montenegro.

"Kabinet telah memutuskan untuk melakukan ini karena ancaman terhadap keamanan nasional yang ditimbulkan oleh kelompok ini," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Belanda, dilansir Aljazirah, Rabu (30/3).

Kementerian Luar Negeri Belanda telah memanggil duta besar Rusia dan memberikan informasi kepada mereka tentang pengusiran itu. Alasan pengusiran adalah ada informasi yang menunjukkan bahwa orang-orang yang terakreditasi sebagai diplomat, secara diam-diam aktif sebagai perwira intelijen.

Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra mengatakan, dia siap untuk tindakan pembalasan dari Moskow terkait pengusiran tersebut. “Pengalaman menunjukkan bahwa Rusia tidak membiarkan tindakan semacam ini. Kami tidak bisa berspekulasi soal itu, tapi Kementerian Luar Negeri siap dengan berbagai skenario yang mungkin muncul dalam waktu dekat," ujarnya.

Menteri Luar Negeri Belgia Sophie Wilmes mengatakan kepada parlemen bahwa langkah Brussel mengusir diplomat Rusia telah dikoordinasikan dengan Belanda. Wilmes menegaskan, pengusiran ini bukan sanksi.

“Saluran diplomatik tetap terbuka dengan Rusia, Kedutaan Besar Rusia dapat terus beroperasi dan kami terus menganjurkan dialog,” kata Wilmes.

Baca juga : Rusia Dikabarkan Bakal Cabut dari UEFA dan Pindah ke AFC

Sebelumnya pada Selasa, Rusia mengusir total 10 diplomat dari tiga negara Baltik, yaitu Estonia, Latvia, dan Lithuania. Pengusiran ini sebagai pembalasan atas negara-negara yang mengusir diplomat Rusia pada awal Maret 

Kementerian Luar Negeri Rusia telah membatalkan akreditasi empat diplomat Lituania, tiga warga Latvia dan tiga warga Estonia. Mereka akan diminta untuk meninggalkan Rusia. 

Pada 18 Maret, tiga negara Baltik memerintahkan pengusiran 10 anggota staf kedutaan Rusia dalam tindakan terkoordinasi yang diambil dalam solidaritas dengan Ukraina. Moskow menyebut langkah itu provokatif dan sama sekali tidak berdasar. 

Baca juga : Rusia akan Kurangi Operasi Militer di Ukraina

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement