Jumat 29 Apr 2022 07:12 WIB

BSI Harus jadi BUMN untuk Jadi Top 10 Bank Syariah Dunia

BSI Harus jadi BUMN untuk Jadi Top 10 Bank Syariah Dunia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Hafil
BSI Harus jadi BUMN untuk Jadi Top 10 Bank Syariah Dunia. Foto: Karyawan melintas di dekat logo Bank Syariah Indonesia (BSI) KC Jakarta Barat, Senin (1/2).
Foto: Prayogi/Republika.
BSI Harus jadi BUMN untuk Jadi Top 10 Bank Syariah Dunia. Foto: Karyawan melintas di dekat logo Bank Syariah Indonesia (BSI) KC Jakarta Barat, Senin (1/2).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) dinilai harus terlebih dahulu menjadi bank BUMN agar dapat memacu kinerja lebih. Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi mengatakan hal tersebut akan membuat visi masuk dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia lebih memungkinkan.

"Dengan menjadi BUMN, pemerintah memiliki kendali atas BSI sehingga negara dapat menyokong bank syariah terbesar di Indonesia itu untuk melebarkan sayap bisnis dan merealisasikan visi tersebut," katanya dalam keterangan pers, Jumat (29/4).

Baca Juga

Pada 2025, BSI menargetkan memiliki jumlah nasabah mencapai kisaran 30 juta-40 juta dengan aset di atas Rp 500 triliun. Sebagai gambaran mengutip data kinerja kuartal I 2022 BSI, aset perseroan saat ini mencapai Rp 271,29 triliun, tumbuh 15,73 persen (yoy).

Laba BSI tumbuh 33,18 persen menjadi Rp 987,68 miliar (yoy). Menurut data Bursa Efek Indonesia, kapitalisasi pasar BSI sudah mencapai Rp 65,35 triliun. BSI saat ini telah menempati urutan ke-13 bank syariah terbesar di dunia.

"Ketika BSI menjadi BUMN, maka pemerintah bisa langsung kendalikan untuk mencapai kebutuhan menjadi top 10 bank syariah global," katanya.

Saat ini, BSI telah melebarkan sayap bisnisnya di ke luar negeri, dengan membuka kantor cabang di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu pemerintah juga membuka peluang kerja sama BSI dengan Islamic Development Bank.

Kehadiran BSI di UEA menandai rekam jejak pertama BSI di pasar global sekaligus di salah satu pusat keuangan syariah dunia. Harapannya, hal ini mampu mendongkrak nilai perusahaan sehingga meningkatkan kapitalisasi pasar dan posisi di dunia internasional.

Menurut Achmad, capaian-capaian strategis itu perlu diperkuat dengan dukungan langsung dari pemerintah. Mengutip laporan keuangan perseroan per Desember 2021, saham BSI saat ini dimiliki  PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sekitar 50,83 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 24,85 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI sekitar 17,25 persen.

Selanjutnya pemegang saham lain di bawah lima persen, termasuk publik 7,08 persen. Achmad mengatakan dengan kondisi saat ini, ruang gerak bank untuk memacu kinerja akan terbatas karena dapat berbenturan dengan keinginan dari masing-masing pemilik.

Sementara itu, setahun pasca merger, kinerja BSI pun membukukan catatan apik. Posisi BSI ini berada tipis di bawah CIMB Niaga yang memiliki aset Rp 271,61 triliun pada periode yang sama, sehingga menempatkan BSI sebagai bank ketujuh terbesar di Indonesia.

Peneliti Ekonomi Syariah, Fauziah Rizki Yuniarti sepakat bahwa dengan menjadi BUMN akan membuat BSI semakin lincah menjadi bank syariah yang kuat di pasar domestik maupun global. Bank akan memiliki akses kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Fauziah menambahkan rencana menjadi raksasa bank syariah juga dapat dilakukan dengan ekspansi anorganik. Menurutnya, membeli unit usaha syariah juga bisa menjadi langkah yang baik karena memperluas portfolio BSI.

Seperti diberitakan sebelumnya, BSI disebut akan membeli portofolio UUS Bank BTN. BSI juga akan melakukan right issue untuk memperkuat permodalan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement