REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Uni Eropa hendak mengadopsi paket sanksi baru terhadap Iran. Sanksi tersebut merupakan respons perhimpunan Benua Biru atas aksi represif Iran dalam menghadapi gelombang demonstrasi warga yang memprotes kematian Mahsa Amini.
“Kami sedang bekerja keras untuk paket sanksi berikutnya. Kami ingin mengadopsinya pekan depan,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock lewat akun Twitter resminya, Rabu (9/11/2022).
Dalam cicitannya, dia turut menyuarakan dukungannya kepada masyarakat Iran. “Kami tidak akan menyerah. Kami mendukung pria dan wanita Iran, tidak hanya hari ini, tapi selama itu diperlukan,” ucap Baerbock.
Terkait paket sanksi terbaru untuk Iran, para menteri luar negeri negara anggota Uni Eropa dijadwalkan bertemu di Brussels pada Senin (14/11/2022) pekan depan. Sebelumnya Uni Eropa sudah menjatuhkan sanksi kepada “polisi moral” Iran dan 11 pejabat, termasuk menteri telekomunikasi negara tersebut.
Akhir pekan lalu, organisasi Iran Human Rights (IHR) mengungkapkan, sedikitnya 304 orang telah tewas selama aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini berlangsung di Iran. Anak-anak dan perempuan termasuk di antara mereka yang terbunuh. "Setidaknya 304 orang, termasuk 41 anak-anak dan 24 wanita, tewas dalam protes nasional yang sedang berlangsung," kata IHR dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya, Ahad (6/11/2022).
Saat ini Iran tengah dibekap krisis akibat gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun. Pada 13 September lalu, dia ditangkap polisi moral Iran di Teheran. Penangkapan tersebut dilakukan karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.
Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.
Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.
Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.