Rabu 30 Nov 2022 23:46 WIB

Ditjen Kebudayaan Gelar Festival Tenun Nusantara di Candi Borobudur

Festival ini bisa mengangkat eksplorasi kain tenun nusantara khas Sumba.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ditjen Kebudayaan Gelar Festival Tenun Nusantara di Candi Borobudur (ilustrasi).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Ditjen Kebudayaan Gelar Festival Tenun Nusantara di Candi Borobudur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengadakan festival dengan tema 'Tenun Nusantara: Menjaga Tradisi untuk Bumi Lestari'. Festival ini diadakan pada (30/11/2022) di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

"Sangat penting kegiatan berkualitas di tempat ini. Candi Borobudur ini bukan hanya monumen. Tapi keseluruhan tamannya juga bisa dibuat bermacam kegiatan. Seperti kegiatan budaya dan menjaga pelestariannya," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid pada Rabu (30/11/2022).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan di dalam festival ini terdapat pameran wastra tenun, artefak perhiasan dan kehidupan Sumba. Selain itu, terdapat fashion show "KABAKIL" yang bekerja sama dengan Desainer Edward Hutabarat koleksi Autumn Winter 2023.

"Kain-kain Sumba ini merupakan budaya Indonesia dan memiliki nilai sejarah. Dalam festival ini bisa mengangkat daerah Sumba ke level yang berbeda dan pastinya sangat dihargai," kata dia.

 

Ia ingin semua budaya di Indonesia dilestarikan. Sehingga nantinya ia akan bekerja sama dengan berbagai daerah untuk melindungi beragam budaya yang ada.

"Ya kolaborasi kita tidak hanya di satu daerah saja. Bisa di semua daerah agar budaya kita juga dilestarikan dan semua dunia mengetahuinya," kata dia.

Sementara itu, Desainer Edward Hutabarat mengatakan festival ini bisa mengangkat eksplorasi kain tenun nusantara khas Sumba. Selain itu, fashion show juga dapat menyuarakan untuk melindungi eksistensi kain nusantara supaya keindahan tersebut tidak terlepas dari identitas budaya bangsa seperti Kabakil yang melindungi benang-benang agar tidak terlepas dari kain yang menghasilkan motif indah.

"Koleksi ini juga merupakan hasil dari kerja sama saya dengan para artisan lokal yang begitu menginspirasi sejak saya melakukan perjalanan ke tanah Sumba sekitar 20 tahun lalu," kata dia.

Ia menjelaskan kain tenun Sumba memiliki keindahan dari motif yang variatif dan nilai filosofis yang harus tetap dijaga. Hal tersebut yang membuat ia selalu menjaga pakem dari kain tersebut ketika mengembangkannya.

Pakem ini selalu dijaga karena kain Sumba juga kain-kain peradaban dari kepulauan lain adalah kain peradaban. Mereka diciptakan untuk melengkapi sebuah seremoni, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Dibalik keindahan kain tenun ini, ada serangkaian proses yang panjang dan tidak mudah.

"Hal ini juga turut merepresentasikan kesabaran penenun lokal dalam membuat kain tenun tersebut. Dari mulai memintal sendiri benang dari kapas hingga nantinya menjadi kain, ada satu proses yang disebut Kabakil yaitu teknik akhir dalam menyelesaikan sehelai kain Sumba, yang dikerjakan dengan arah tenunan berlawanan dan dipelintir," kata dia.

Proses ini memiliki fungsi untuk melindungi benang-benang agar tidak terlepas dari kain sehingga kain tenun yang melalui proses ini memiliki output kain yang sangat rapi.

"Kain tenun dengan Kabakil inilah yang menjadi nilai spesial dari kain tenun Sumba karena tidak semua penenun bisa membuat Kabakil dan diperlukan keahlian khusus untuk itu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement