Jumat 16 Dec 2022 12:44 WIB

Berbahaya, Ahli Neurologi Larang Anaknya Lakukan Empat Aktivitas Menyenangkan Ini

Meski menyenangkan, empat aktivitas berikut ini berbahaya bagi anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anak bermain trampolin. Menurut ahli neurologi, bermain trampolin, terlebih di luar ruangan, berbahaya karena bisa memicu terjadinya cedera kepala seperti gegar otak atau perdarahan otak.
Foto: Republika/Adysha Citra R
Anak bermain trampolin. Menurut ahli neurologi, bermain trampolin, terlebih di luar ruangan, berbahaya karena bisa memicu terjadinya cedera kepala seperti gegar otak atau perdarahan otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencoba dan mengeksplorasi berbagai aktivitas dapat membawa manfaat tersendiri dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi, ada empat aktivitas yang sebaiknya dihindari oleh anak demi mencegah terjadinya cedera kepala.

Sebagai seorang ibu dan juga ahli neurologi, dr Puja Aggarwal, sangat memahami beragam risiko terkait cedera kepala pada anak dan remaja. Berdasarkan pengalaman ini pula, dr Aggarwal melarang anak-anaknya untuk melakukan empat hal yang sebenarnya cukup umum dilakukan oleh anak.

Baca Juga

Menurut dr Aggarwal, keempat aktivitas yang dia larang tersebut bisa memicu kematian sel-sel otak. Dalam kasus yang lebih serius, sebagian aktivitas tersebut bahkan bisa memicu kematian. Berikut ini adalah keempat aktivitas yang tak direkomendasikan oleh Dr Aggarwal, seperti dikutip dari Insider, Jumat (16/12/2022).

American Football

Berbeda dengan sepak bola biasa yang lebih banyak melibatkan kaki, sepak bola Amerika lebih banyak mengandalkan kekuatan tubuh bagian atas. Dr Aggarwal tak mengizinkan anak-anaknya melakukan sepak bola Amerika karena olahraga ini memiliki tingkat kejadian gegar otak yang tinggi.

Studi menemukan bahwa kejadian gegar otak di antara anak sekolah yang aktif berolahraga paling banyak ditemukan pada anak-anak yang bermain sepak bola Amerika. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics.

Gegar otak yang terjadi secara berulang dalam jangka panjang bisa memicu terjadinya chronic traumatic encephalopathy (CTE). CTE adalah penyakit degeneratif otak yang berkaitan dengan agresi, perubahan suasana hati, dan buruknya kontrol impuls. Penderita CTE dengan gejala ringan sekali pun memiliki risiko yang lebih besar terhadap bunuh diri.

Mengendarai ATV

All terrain vehicle atau ATV merupakan kendaraan seperti motor yang pendek dan beroda empat. Sebagian orang tua memperbolehkan anak mereka mengendarai ATV untuk bersenang-senang. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk dr Aggarwal.

American Academy of Pediatrics mengungkapkan bahwa ATV memiliki pusat gravitasi yang tinggi dan lintasan yang sempit. Kondisi tersebut membuat risiko kecelakaan menjadi lebih tinggi. Berdasarkan hal ini, American Academy of Pediatrics tidak merekomendasikan anak-anak berusia di bawah 16 tahun untuk mengendarai ATV.

Ironisnya, tak sedikit anak berusia lebih muda yang mendapatkan akses untuk mengendarai ATV. Berdasarkan studi, hampir setengah dari cedera leher dan kepala terkait ATV terjadi pada anak berusia di bawah 12 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement