REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Indonesia menilai ASEAN-China Center (ACC) yang berkantor pusat di Beijing banyak membantu para diplomat dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk bisa memahami tentang sejarah, budaya, dan potensi ekonomi China yang bisa dimanfaatkan.
"Melalui kunjungan ke berbagai kota di China yang difasilitasi ACC selama pandemi, kami bisa mengatur bagaimana hubungan antarmasyarakat ASEAN dan China bisa terpelihara," kata Wakil Dubes RI di Beijing Dino R Kusnadi saat memberikan sambutan pada peringatan 11 tahun berdirinya ACC, Jumat (23/11) malam.
Selama 11 tahun, lanjut dia, ACC telah memainkan peran sangat penting dalam meningkatkan kemitraan ASEAN-China. "Berkat dukungan ACC, kemitraan antara China dan ASEAN saat ini makin kuat, khususnya setelah dibentuk pola Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) pada tahun lalu," ucapnya dalam sambutan pada acara yang dihadiri para dubes negara-negara anggota ASEAN.
Ia menyebut China saat ini sebagai mitra dagang terbesar ASEAN. Kerja sama di bidang teknologi informasi, ekonomi digital, pendidikan, kesehatan, budaya, media, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan di antara kedua belah pihak terus meningkat dalam 11 tahun terakhir.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ACC Shi Zhongjun mengatakan bahwa dalam masa 11 tahun ACC tumbuh secara bertahap namun mampu memberikan pengaruh yang luas. "ACC selalu berkomitmen untuk mendorong kerja sama praktis, meningkatkan rasa saling percaya, dan memberikan manfaat bagi masyarakat kedua belah pihak," ucapnya.
Di bidang politik, lanjut dia, ASEAN dan China memegang teguh Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai dengan tetap menjaga sentralitas ASEAN.
"Kami gigih mengatasi perbedaan dan persoalan melalui konsultasi yang bersahabat dan dialog dengan posisi sepadan," kata Shi.
Di bidang ekonomi, dia menjelaskan bahwa kedua belah pihak berkomitmen saling memberikan manfaat dan kerja sama saling menguntungkan.
"Berkat adanya Area Perdagangan Bebas ASEAN-China, perdagangan dua arah tumbuh hingga 85 kali lipat sejak 1991 hingga 2021," ujarnya.
Untuk pertama kalinya ACC menggelar acara tanpa menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat karena sejak 7 Desember 2022 otoritas China melonggarkan kebijakan antipandemi COVID-19 meskipun saat ini Beijing sedang menghadapi serangan gelombang varian Omicron BF.7.