Jumat 17 Mar 2023 19:59 WIB

Tak Khawatir Seperti SVB, Dirut Bank Jago: Diversifikasi Cukup Baik

Bank Jago menyalurkan pinjaman kepada 38 mitranya.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menyampaikan paparan kinerja 2022 di Jakarta, Jumat (17/3/2023). Sepanjang tahun 2022, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tumbuh 76 persen menjadi Rp 9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 5,37 triliun. Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan dan lembaga keuangan lainnya.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menyampaikan paparan kinerja 2022 di Jakarta, Jumat (17/3/2023). Sepanjang tahun 2022, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago tumbuh 76 persen menjadi Rp 9,43 triliun dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 5,37 triliun. Pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan dan lembaga keuangan lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk tak khawatir akan seperti kasus yang tengah menimpa Silicon Valley Bank (SVB). Meskipun begitu, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menilai penutupan Bank Jago menjadi suatu pelajaran.

"Ini pelajaran penting sih, kalo saya lihat diversifikasi Bank Jago cukup baik dan tidak berdampak," kata Kharim dalam konferensi pers di kantor Bank Jago, Jakarta, Jumat (17/3/2023).

Baca Juga

Sementara jika melihat penutupan SVB, Kharim menuturkan bank tersebut melakukan sebagian besar penempatan dana kepada obligasi. Sementara Bank Jago, Kharim memastikan dalam partnership-nya menggunakan sharing.

"Partnership strategi kita, ada 38 partner. Dalam artian, dana dari nasabah yang masuk ke Bank Jago dibagi dua," tutur Kharim.

Dia mengungkapkan, Bank Jago menyalurkan pinjaman kepada 38 mitranya. Kharim memastikan hal itu membuat risiko dapat terdistribusi dengan baik untuk menghindari kejadian seperti SVB.

"Jangan sampai kejadian ya hanya menaruh put all in one basket akhirnya pecah. Ini (kasus SVB) pelajaran penting," ucap Kharim.

Kharim menambahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga sudah merespons penutupan SVB tersebut. OJK memastikan penutupan SVB tidak akan berdampak langsung kepada Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement