Ahad 17 Dec 2023 10:54 WIB

Warga Palestina Terpaksa Kuburkan Anggota Keluarga di Permakaman Darurat

Keputusan diambil sebab keluarga Palestina kesulitan mencapai pemakaman resmi.

Rep: Lintar Satria / Red: Andri Saubani
Kerabat kameramen Al Jazeera, Samer Abu Daqqa  berduka atas jenazahnya yang gugur akibat serangan udara Israel saat pemakamannya di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Sabtu, (16/12/2023).
Foto:

Pilihan yang tak terhindarkan

Selama November, Kompleks Medis Al-Shifa berubah menjadi kuburan. Karena pemerintah harus menguburkan puluhan syuhada di kuburan massal yang tersebar di lokasi, koridor, dan berbagai fasilitas.

Hal itu terjadi setelah mayat-mayat tersebut membusuk dan tentara Israel menolak untuk memindahkannya untuk dikuburkan. Kompleks Medis Al-Shifa merupakan institusi kesehatan terbesar yang menyediakan layanan medis di Jalur Gaza.

Selain menerima pasien dan korban luka serangan Israel, rumah sakit ini juga menjadi tempat pengungsian warga yang dipaksa melakukan evakuasi oleh tentara Israel.

Pada 12 November, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Munir Al-Bursh mengatakan tim medis di Al-Shifa menguburkan sekitar 100 mayat warga Palestina yang terluka dalam serangan udara Israel dan menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tersebut. 

Pada 14 November, tentara Israel menyerbu kompleks tersebut setelah mengepungnya selama beberapa hari, di mana bentrokan terjadi dengan para pejuang Palestina di sekitarnya. Tentara menarik diri setelah 10 hari, meninggalkan kehancuran dan beberapa korban jiwa dan luka-luka.

Situasi yang sama juga terjadi di Rumah Sakit Al-Quds yang berafiliasi dengan Bulan Sabit Merah Palestina di wilayah Tel Al-Hawa, sebelah barat Kota Gaza, dan Rumah Sakit Indonesia di sebelah utara Jalur Gaza. Keduanya menyaksikan proses pemakaman sementara di dalam lokasi mereka.

"Pemerintah memutuskan untuk menguburkan sejumlah syuhada yang jasadnya mulai membusuk di sebuah taman kecil di gedung baru selama masa pengepungan," kata seorang dokter dari Rumah Sakit Al-Quds.

Dokter tersebut yang tidak bersedia disebutkan  namanya, menjelaskan staf rumah sakit terpaksa mengambil tindakan tersebut karena "jenazah parah syuhada berdesak-desakan dan menyebarkan bau mayat yang membusuk di koridor-koridor rumah sakit." Selain itu tentara Israel menolak mengizinkan mayat-mayat tersebut dikeluarkan untuk dimakamkan.

Pada bulan November, tentara Israel memasuki rumah sakit Al-Quds dan rumah sakit Indonesia setelah mengepungnya selama berhari-hari. Di Jabalia, di Jalur Gaza utara, jurnalis Anas Al-Sharif, yang bekerja untuk Aljazirah, terpaksa memakamkan ayahnya, Jamal Al-Sharif, 65 tahun, di halaman salah satu sekolah di kamp Pengungsi Jabalia pada Senin. Karena sulitnya mencapai pemakaman utama di kamp tersebut sebab Israel tidak berhenti melepaskan tembakan.

Warga Palestina juga terpaksa menguburkan korban perang di kuburan darurat yang digali di pasar, di samping toko-toko, di alun-alun, dan di jalan-jalan. Pada 9 Desember, Anadolu mendokumentasikan pembuatan kuburan massal di alun-alun pasar dan lorong-lorongnya. Saksi mata mengatakan mayat-mayat dikuburkan di ruang hijau di antara dua sisi jalan di Jalur tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement