REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Peringatan publik dirilis oleh Gedung Putih, agen Amerika Serikat (AS), Pusat Kemananan Nasional Inggris mengenai kemungkinan peretasan global yang dilakukan peretas Rusia. Peringatan itu muncul setelah AS dan Inggris sama-sama memonitor ancaman peretas selama setahun terakhir.
Dikutip dari Washington Post, Senin (16/4), pemerintah AS dan Inggris menduga Rusia sedang merencanakan serangan terhadap sistem komputer secara masif di seluruh dunia. Komputer rumah hingga penyedia internet disebut sebagai sasaran para peretas untuk tujuan mata-mata dan kemungkinan sabotase.
"Kami meyakini Rusia merancang serangan siber yang menyasar rumah tangga dan bisnis. Apa yang saya dan anda miliki di rumah bisa jadi sasaran peretas," kata koordinator keamanan siber Gedung Putih Rob Joyce pada Senin (16/4). Jutaan pengguna komputer di seluruh dunia juga dikabarkan tak luput dari ancaman peretas Rusia.
Ciaran Martin selaku kepala di National Cyber Security Centre (NCSC), bagian dari agen intelijen Inggris GCHQ, menyatakan Rusia adalah musuh berat dalam dunia siber. Dalam wawancara dengan Independent dan sejumlah media lain, Ciaran Martin mengatakan ancaman siber Rusia pertama kali diungkap badan keamanan siber AS.
Ancaman serangan tersebut diyakini juga berpengaruh ke Inggris dan dapat mengacaukan sektor energi. "Ini adalah serangan berkelanjutan yang menargetkan sederet entitas, kami percaya Rusia ada di balik ancaman serangan siber," katanya.
"Tujuan peretasan bisa saja untuk keperluan spionase dan digunakan untuk kepentingan mereka. Jutaan perangkat di seluruh dunia terancam dan peretas bisa mengambil alih kontrol konektivitas," papar Martin.