Selasa 09 Jan 2018 09:48 WIB

Mahathir Dipandang Sebagai Ancaman Terbesar Najib

Mantan PM Malaysia Mahathir bin Muhammad.
Foto: Republika / Darmawan
Mantan PM Malaysia Mahathir bin Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Persekutuan oposisi Malaysia pada Ahad (7/1) menunjuk mantan perdana menteri 92 tahun, Mahathir Mohamad menjadi calon perdana menteri untuk pemilihan umum yang harus diadakan pada Agustus. Dengan pemimpin oposisi paling populer Anwar Ibrahim dipenjara, Mahathir dipandang sebagai ancaman terbesar bagi Perdana Menteri Najib Razak yang dilanda skandal korupsi.

Mahathir, yang mendapatkan reputasi selama 22 tahun masa jabatannya sebagai perdana menteri karena menjadi "otoriter", bersiap menjadi pemimpin tertua di dunia jika oposisi menang. Kemenangan tersebut juga berpeluang membuka jalan bagi mantan musuh Mahathir, Anwar, menjadi perdana menteri.

Mahathir dan istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail akan menjadi calon dari koalisi Pakatan Harapan masing-masing untuk jabatan perdana menteri dan wakil perdana menteri, demikian sekretaris jenderal Saifuddin Abdullah pada konvensi aliansi tersebut. Jika oposisi menang, partai-partai komponen telah sepakat segera memulai proses hukum untuk mendapatkan pengampunan kerajaan untuk Anwar, kata Saifuddin.

"Sehingga Anwar bisa segera berperan dalam pemerintahan federal dan selanjutnya diusulkan sebagai calon perdana menteri kedelapan," katanya.

Koalisi Mahathir-Anwar dan dukungan mereka satu sama lain adalah titik balik dari perseteruan pahit mereka yang telah membentuk lanskap politik Malaysia selama hampir dua dekade. Anwar dulunya adalah anak didik Mahathir, dan bintang politik Malaysia yang sedang naik daun, namun mereka mengalami kejatuhan di akhir 1990-an. Segera setelah itu, Anwar dipenjara atas tuduhan sodomi dan korupsi, setelah dipecat sebagai wakil perdana menteri. Dia membantah tuduhan tersebut sehingga memecat mereka karena bermotif politik.

Anwar kemudian memimpin sebuah aliansi oposisi untuk mendapatkan keuntungan pemilu yang menakjubkan pada 2013. Koalisi Barisan Nasional pendukung Najib kehilangan suara terbanyak dalam pemilu tersebut, namun berhasil tetap berkuasa setelah memenangkan mayoritas kursi di parlemen.

Anwar kembali divonis pada 2014 karena sodomi, tuduhan yang dikatakannya merupakan upaya untuk mengakhiri kariernya, dan dipenjara setahun kemudian setelah gagal membatalkan putusan tersebut. Hukuman atas sodomi tersebut mendiskualifikasi Anwar dari jabatan politik dan dari mengikuti pemilu berikutnya. Meski begitu, pengampunan dari kerajaan akan mengizinkan dirinya mengikuti pertarungan politik.

Perlawanan kepada Perdana Menteri Najib telah membawa Anwar dan Mahathir kembali bersama dengan partai-partai mereka sekarang bekerja dalam koalisi oposisi. Najib telah terlibat dalam skandal korupsi yang melibatkan dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Dalam tuntutan hukum perdata, Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah menuduh bahwa sekitar 4,5 miliar dolar AS diselewengkan dari 1MDB.

Lembaga dana tersebut membantah melakukan pelanggaran dan Najib, yang mendirikan 1MDB, membantah semua tuduhan korupsi terhadap dirinya dan dibebaskan dari pelanggaran oleh jaksa agung Malaysia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement