REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Diplomat senior Amerika Serikat (AS) Bill Richardson mengundurkan diri dari panel internasional terkait krisis Rohingya. Richardson menilai, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi kurang memiliki nilai moral dalam gaya kepemimpinannya.
Seperti diwartakan BBC, Jumat (26/1), minimnya nilai moral yang dimiliki Suu Kyi itu pada akhirnya membuat Bill Richardson keluar dari panel internasional tersebut. Dia mengatakan, Suu Kyi memiliki agenda tersendiri dalam krisis Rohingya.
Richardson mengungkapkan, kebijakan yang dilakukan Myanmar terhadap minoritas muslim Rohingya merupakan sebuah langkah cuci tangah pemerintah. Ini, dia mengatakan, terlihat dari kurang tulusnya pemerintah Myanmar berkenaan dengan isu-isu kritis semisal kewarganegaraan pengungsi Rohingya.
Richardson mengatakan, Suu Kyi juga terlihat naik pitam saat dia menyebut dan meminta pembebasan dua Jurnalis Reuters yang akan menghadapi peradilan di Myanmar. Kedua Jurnalis tersebut ditangkap pemeritnah saat melakukan peliputan terkait krisis Rohingya.
"Wajahnya bergetar dan jika dia sedikit lebih dekat dengan saya, dia mungkin akan memukul saya, dia sangat marah," kata Richardson.
Lebih dari 650 ribu warga etnis minoritas Rohingya melarikan diri dari Myanmar akibat kekerasan mereka terima dari militer setempat. Berdasarkan laporan, warga di Rakhine mengalami pemerkosaan hingga pembunuhan dalam insiden yang terjadi pada 25 Agustus tahun lalu.
Pemerintah Myanmar lantas tidak mengakui status kewarganegaraan yang dimiliki etnis Rohingya. PBB kemudian menyebut insiden tersebut merupakan upaya pembersihan etnis dan memasukan peristiwa itu dalam golongan genosida abad ini.
"Sesungguhnya saya sangat menyukai dan menghormatinya, tapi dia belum menunjukkan kepemimpinan bermoral pada isu Rakhine dan itu yang sangat saya sesali," kata Bill Richardson.
Sementara, Bill Richardson merupakan penasehat mantan Presiden AS Bill Clinton dan sudah mengenal Suu Kyi bahkan sejak wanita 72 tahun itu menjadi tahanan rumah pada tahun 1990-an.
Komite penasehat tersebut merupakan organisasi yang dibentuk Pemerintahan Suu Kyi pada tahun lalu guna memberikan saran terkait isu konflik Rohingya. Komite tersebut memiliki sekitar 10 anggota dimana separuhnya berada di luar Myanmar, seperti Mantan Menteri Pertahanan Afrika Selatan Roelof Meyer.