Kamis 01 Feb 2018 20:01 WIB

Bukti Kuburan Massal Etnis Rohingya Ditemukan

Korban tewas korban tentara pemerintah itu ditemukan dalam lima kuburan berbeda.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Kuburan massal di Thailand Selatan dimana yang menjadi korban adalah pengungsi muslim Rohingya.
Foto: abc
Kuburan massal di Thailand Selatan dimana yang menjadi korban adalah pengungsi muslim Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Bukti keberadaan kuburan massal dari korban pembunuhan militer Myanmar terhadap etnis minoritas Rohingya ditemukan. Korban tewas atas kekerasan yang dilakukan tentara pemerintah itu ditemukan dalam lima kuburan berbeda.

Seperti diwartakan Aljazirah yang mengutip laporan AP, Kamis (1/2) bukti otentik aksi kekejaman militer Myanmar itu ditemukan setelah mewawancarai 24 korban dan keluarga yang berhasil bertahan hidup dari peristiwa tersebut. Kebenaran akan tindak kekerasan juga didapati dalam cuplikan video setelah serangan dilakukan.

Sekitar 400 korban diperkirakan dimakamkan secara massal setelah upaya pembersihan etnis yang dilakukan tentara Burma. Dalam satu lokasi, militer membentuk tim layaknya pertandingan sepak bola lokal yang disebut 'Chinlone' di desa Gu Dar Pyin untuk kemudian melepaskan timah panas ke arah korban.

Salah satu korban yang berhasil bertahan hidup, Noor Kadir mengaku menemukan enam rekan-rekannya dimakamkan dalam dua kuburan massal berbeda. Dia mengatakan, para korban hanya bisa dikenali melalui warna celana pendek yang mereka gunakan.

Pembunuhan massal itu dipercaya dilakukan pada 27 Agustus tahun lalu. Korban selamat mengatakan, genosida dilakukan untuk menutupi bukti kebrutalan yang dilakukan militer terhadap etnis minoritas tersebut.

photo
Rumah-rumah terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, Kamis, (7/9). Wartawan melihat api baru terbakar di desa yang telah ditinggalkan oleh Muslim Rohingya,

Dalam sebuah cuplikan video, militer terlihat menyiramkan cairan asam guna menghilangkan tubuh korban. Beberapa mayat lainnya hanya diletakkan dalam lubang dangkal yang terbuka saat hujan deras melanda. Korban selamat lantas merekam hal tersebut sebagai bukti.

Relawan Ham Phil Robertson lantas meminta dunia internasional menuntut pertnaggungjawaban pemerintah Myanmar. Dia menegaskan, perlunya embargo senjata yang dipimpin PBB ke negara tersebut.

Dia mengatakan, laporan itu memperlihatkan jika tentara membawa sejumlah asam ke desa Gu Dyar Pin untuk mengubah bentuk tubuh dan membuat identifikasi lebih sulit. Dia melanjutkan, hal itu sekaligus membuktikan jika pembunuhan tersebut sudah direncanakan.

"Sudah saatnya bagi EU (Uni Eropa) dan Amerika lebih serius mengidentifikasi dan menjatuhkan sanksi terhadap militer Burma atas kejahatan ini," kata Robertson.

Penemuan bukti-bukti tersebut semakin membebarkan laporan badan HAM PBB yang menyebut serangan terhadap Rohingya telah direncanakan. Laporan PBB menyebut tindakan militer yang dilakukan itu sangat terorganisasi, terkordinasi, dan sistematik. Operasi itu dimulai sebelum serangan pemberontakan terhadap pos polisi pada 25 Agustus lalu, mulai dari pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan anak-anak.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement