Rabu 20 Jan 2016 18:54 WIB

ISIS Hancurkan Gereja Tertua di Irak

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Gereja tertua di Irak St Elijah di Mosul, Irak.
Foto: AP Photo/Maya Alleruzzo
Gereja tertua di Irak St Elijah di Mosul, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, IRBIL -- Gereja Kristen tertua di Irak telah diubah menjadi puing-puing. Foto-foto satelit mengonfirmasi kekhawatiran petinggi gereja dan pelestari Timur Tengah.

Selama 1.400 tahun, Biara St Elia selamat dari serangan alam dan manusia. Baru-baru ini St Elia digunakan sebagai tempat ibadah untuk pasukan Amerika Serikat.

Dalam abad sebelumnya, generasi biarawan menyelipkan lilin di relung dan berdoa di kapel. Huruf Yunani chi dan rho mewakili dua huruf pertama dari nama Kristus yang diukir di dekat pintu masuk.

Di kantornya, di pengasingan di Erbil, Irak, Pendeta Paul Thabit Habib (39 tahun) menatap diam-diam foto sebelum dan sesudah biara yang pernah bertengger di atas bukit Mosul. Terguncang, ia membalik kembali fotonya sendiri untuk perbandingan.

"Saya tidak bisa menggambarkan kesedihan saya. Sejarah Kristen kami di Mosul sedang diratakan biadab," ujarnya.

Ia mengatakan, penghancuran biara tersebut sebagai upaya untuk mengusir penganut gereja dari Irak.

Kelompok militan yang pecah dari Alqaidah dan kini menguasai sebagian besar Irak dan Suriah telah menewaskan ribuan warga sipil dan memaksa pergi ratusan ribu orang Kristen. Kelompok militan tersebut mengancam agama yang telah bertahan di wilayah ini selama dua ribu tahun.

Sepanjang jalan, para militan menghancurkan bangunan dan reruntuhan sejarah juga struktur budaya yang mereka anggap bertentangan dengan penafsiran mereka tentang Islam.

Sekarang, St Elia telah bergabung dalam daftar lebih dari 100 situs agama dan bersejarah yang dibongkar, termasuk masjid, makam, kuil, dan gereja-gereja di Suriah dan Irak. Ekstremis telah merusak atau menghancurkan monumen kuno di Niniwe, Palmyra dan Hatra. Museum dan perpustakaan telah dijarah, buku-buku dibakar, karya seni dihancurkan atau diperdagangkan.

"Sebagian besar dari sejarah yang nyata telah hancur," kata seorang pendeta Kaotolik Chaldean di Southfield, Michigan Pendeta Manuel Yousif Boji.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement