Ahad 29 Nov 2015 11:13 WIB

Ini Sanksi Ekonomi yang Dijatuhkan Rusia untuk Turki

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menjatuhkan sanksi pada Turki, Sabtu (28/11). Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani pakta penerapan sanksi ekonomi terhadap Turki dengan alasan keamanan nasional.

Termasuk sebagai respon insiden penembakan pesawat jet tempur Rusia oleh militer Ankara. Sanksi mulai diberlakukan secepatnya, diantaranya semua penerbangan dari Rusia ke Turki akan dilarang.

Selain itu, semua perusahaan travel dilarang menjual produk liburan ke Turki, beberapa produk impor akan diberhentikan dan perusahaan Turki atau penduduk Turki yang mempunyai urusan ekonomi di Rusia akan diberhentikan atau ditangguhkan.

Menurut Juru Bicara Putin, Dmitry Peskov, keadaan ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Tantangan yang dilemparkan kali ini tidak pernah terjadi, sehingga reaksi alami ini sejalan dengan ancaman yang ada," kata Peskov beberapa jam sebelum sanksi dipublikasikan.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan sanksi hanya akan memperburuk kebuntuan yang ada antara Moskow dan Ankara. Menurut asisten Putin, sang presiden masih kesal karena Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan masih belum minta maaf atas insiden 24 November.

Ini adalah bentrokan paling serius antara negara anggota NATO dengan Rusia dalam setengah dekade terakhir. Pejabat senior Rusia menyebutnya sebagai awal rencana provokasi.

Erdogan sebelumnya mengatakan Turki tidak akan meminta maaf atas penembakan Su-24. Pasalnya, jet tersebut yang salah karena melanggar wilayah udara Turki. "Ankara berhak mempertahankan wilayah udaranya," kata Erdogan.

Pada Sabtu, Erdogan melunak. Ia mengatakan insiden tersebut juga membuatnya sedih. Sementara Putin masih berpijar. Juru bicara Putin mengatakan pemimpin Rusia itu siap untuk kebuntuan panjang dan mengatasi hal yang ia sebut ancaman darurat dari Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement