Senin 01 Feb 2016 18:31 WIB

PM Hungaria yang Bertemu Jokowi Ternyata Pernah Sudutkan Muslim

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/2).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Hungaria Victor Orban menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Senin (1/2). Orban datang ditemani 50 pengusaha dan sebagaian besar kabinetnya.

Dalam pernyataan setelah pertemuan, Orban menegaskan sikap Hungaria yang ingin memperkokoh hubungan kerja sama dengan Indonesia. Presiden Joko Widodo pun menyambut baik kerja sama dengan Hungaria.

Nama Orban sempat mendapat perhatian publik internasional pada awal September 2015 menyangkut isu migran. Ia mengeluarkan pernyataan yang dianggap menyudutkan Muslim.  Ia mengaku tidak ingin jika Eropa dibanjiri migran yang mayoritas Muslim. Akar identitas Eropa, kata dia, adalah Kristen.

"Mereka yang tiba terus meningkat, dan memiliki perbedaan kultur yang sangat berbeda dengan Eropa. Mayoritas di antara mereka bukan Kristen, melainkan Muslim," ujar Orban kepada surat kabar Jerman Frankfurt Allgemeine Zeitung. "Ini merupakan pertanyaan besar, karena Eropa dan identitas Eropa memiliki akar ajaran Kristen."

Ia pun mempertanyakan apakah Eropa tidak khawatir jika tidak mampu mempertahankan identitas Kekristenannya. "Tidak ada alternatif lain, dan kami tidak memiliki pilihan untuk mempertahankan perbatasan kami."

Baca juga, Sudutkan Migran Muslim PM Hungaria Dikecam Pemimpin Kristen.

Komentar anti-Muslim Urban membuat luka bagi para migran. Komentar tersebut mendapatkan berbagai kecaman dari pemimpin Kristen dan pejabat Eropa.

"Sebagai seorang Kristen saya tidak bisa membenarkan kebijakan yang hanya untuk kepentingan 'kita sendiri'," kata Uskup Gereja Ortodoks di Inggris Angaelos kepada Christian Today, dikutip dari On Islam, Sabtu (5/9).

Ia menambahkan perbedaan harus didasarkan kepada kebutuhan masyarakat bukan berdasarkan pada agama.

Sebuah sindiran serupa datang pula dari Presiden Dewan Eropa Donald Tusk yang menyatakan ketidaksetujuan dengan pemahaman Orban tentang krisis pendekatan Kristen.

"Terkait dengan perdebatan Kristen di publik dalam masalah migran yang terpenting adalah kesiapan menunjukkan rasa solidaritas dan pengorbanan," ujarnya.  "Bagi umat Kristen, tak memperdulikan apa ras, agama, kebangsaan mereka yang membutuhkan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement