REPUBLIKA.CO.ID, ISE-SHIMA -- Para pemimpin dari tujuh negara industri terkemuka telah berkumpul di Ise-Shima, Jepang, untuk melakukan pertemuan puncak selama dua hari. Mereka diharapkan dapat berfokus membicarakan masalah ekonomi global dan keamanan internasional.
Seperti dilansir Aljazirah, Kamis (26/5), berdasarkan laporan media Jepang, para pemimpin akan mengacu pada keamanan maritim dalam laporan yang dikeluarkan setelah pertemuan puncak pada Jumat (27/5). Mereka juga akan menyerukan untuk negara-negara menghormati hukum dan menentang tindakan provokatif yang mencoba mengubah status quo.
Topik keamanan akan mencakup perihal terorisme, keamanan siber, dan keamanan maritim, termasuk di antaranya ketegasan sengketa Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.
Terkait isu ekonomi, para pemimpin G-7 diharapkan dapat mempromosikan kebijakan moneter, fiskal, dan struktural untuk memacu pertumbuhan komunike mereka ketika pertemuan puncak berakhir. Dengan Inggris dan Jerman menolak seruan untuk stimulus fiskal, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendesak para pemimpin G-7 lain mengadopsi kebijakan fiskal yang fleksibel dengan mempertimbangkan situasi negara masing-masing.
Pada Kamis, para pemimpin G-7 juga menyuarakan keprihatinan mereka terhadap negara-negara berkembang. Menurut Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Hiroshige Seko, para pemimpin menyuarakan pandangan negara-negara berkembang berada dalam situasi yang buruk meski ada pendapat yang mengatakan situasi perekonomian belum sampai tahap krisis.
"Abe mengatakan kepada kelompok, mereka bertukar pikiran mengenai risiko ekonomi global," ujar Seko.
Abe mempresentasikan dokumen G-7 yang menampilkan data dari Dana Moneter Internasional mengenai penurunan harga komoditas global hingga 55 persen sejak Juni 2014 sampai Januari 2016. Abe juga telah berjanji menaikkan pajak penjualan Jepang menjadi 10 persen dari 8 persen pada April tahun depan seperti yang direncanakan.
Presiden Uni Eropa Donald Tusk mengatakan, ia juga mencari dukungan G-7 terkait bantuan global untuk para pengungsi. Sebab, aliran migran dari Suriah dan tempat lain ke Eropa telah membuat benua itu menghadapi krisis pengungsi terbesar sejak Perang Dunia II.
Kelompok G-7 terdiri atas Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat. Dalam pertemuan tersebut mereka juga diharapkan menegaskan kembali komitmen sebelumnya untuk menjaga stabilitas di pasar valuta asing.