Kamis 30 Jun 2016 09:55 WIB

Prancis Ingin Bahasa Inggris 'Ditendang' dari Eropa

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah perempuan berjalan melewati sebuah toko memasang bendera Inggris di Athena, Yunani, 24 Juni 2016.
Foto: AP Photo/Petros Giannakouris
Sejumlah perempuan berjalan melewati sebuah toko memasang bendera Inggris di Athena, Yunani, 24 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Wali Kota Beziers, Prancis, Robert Menard menyerukan Brussels menghapus Inggris dari bahasa resmi Uni Eropa pascareferendum British Exit atau Brexit. Sebab menurutnya, Inggris tak lagi memiliki legitimasi.

Ia juga menyerukan para pemimpin Uni Eropa mengucapkan selamat tinggal pada bahasa tersebut.

Dilansir The Sun awal pekan lalu, Menard mengatakan dalam bahasa Prancis, Inggris tak lagi memiliki legitimasi di Brussels. Ia bahkan mengatakan bahasa Gaelic Irlandia sebagai bahasa resmi pertama, sementara Inggris bahasa resmi kedua dari sudut pandang konstitusional.

Baca: Bagaimana Nasib Bahasa Inggris Pascabrexit?

Bahasa Inggris selama ini dianggap sebagai bahasa universal dalam bisnis. Bahasa Inggris merupakan satu dari 24 bahasa resmi di Uni Eropa. Menard mendukung calon presiden sayap kiri Prancis, Jean-Luc Melechon yang mengatakan Inggris tak bisa menjadi bahasa kerja ketiga di Parlemen Eropa.

Menurut kantor berita Eropa The Local, 51 persen warga Uni Eropa dapat berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau kedua. Lebih dari seperempat lainnya bisa berbahasa Prancis dan sepertiganya dapat berbahasa Jerman.

Laporan mengatakan Inggris merupakan bahasa asing paling populer di lima negara Eropa. Laporan juga menemukan dua dari tiga orang di seluruh benua memiliki pengetahuan bahasa Inggris.

Menurut laporan, 94 persen siswa sekolah menengah dan 83 persen siswa sekolah atas di Uni Eropa belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama mereka. Hanya di Inggris dan Irlandia, bahasa Prancis jadi pilihan utama bahasa asing di sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement