REPUBLIKA.CO.ID, PENNSYLVANIA -- Tokoh Muslim dan politik Turki, Fethullah Gulen mengaku bersedia diekstradisi jika diminta, Ahad (17/7). Ia dituduh sebagai dalang utama kudeta Turki yang gagal pada Jumat lalu. Meski demikian, Gulen mengecam kudeta dari tempat tinggalnya di Pennsylvania.
"Saya tidak terlalu khawatir dengan permintaan ekstradisi, sama seperti saya tidak khawatir dengan kematian," kata Gulen yang bicara melalui penerjemahnya di Pennsylvania.
Sebaliknya, Gulen menuduh kudeta bisa saja merupakan skenario dari mantan sekutunya, Presiden Recep Tayyip Erdogan. Gulen mengatakan ia tidak akan melakukan apa pun yang akan menodai martabatnya.
"Di masa lalu, ada permintaan dari pihak Erdogan agar saya meminta maaf, tapi seseorang yang punya keyakinan tidak meminta maaf pada penindasan," kata Gulen.
Ia juga mengatakan tidak akan khawatir jika pemerintah Amerika Serikat mengikuti klaim yang diciptakan Erdogan. Sehingga jika ada permintaan ekstradisi, maka ia akan mematuhinya.
Sebelumnya, Gulen menyangkal tuduhan pemerintah Turki yang mengatakan ia berada dibalik kudeta. Erdogan menuduh Gulen mencoba membuat struktur pararel dengan pengadilan, polisi, pasukan bersenjata dan media untuk mementaskan kudeta.
Pendukung Erdogan telah berkumpul di depan rumahnya di Istanbul dan meminta orang-orang dibalik kudeta dihukum mati. Erdogan mengindikasikan dukungan terhadap permintaan tersebut. "Dalam demokrasi, apa pun kata rakyat harus terjadi," kata dia.
Erdogan mengatakan kelompok pimpinan Gulen telah mengacaukan pasukan bersenjata. Pemerintah kini telah menangkap 6.000 personil militer, termasuk komandan jabatan tinggi.