Senin 08 Aug 2016 21:00 WIB

Penolakan Warga Cina di Angola Tewaskan 40 Orang

Police line. Ilustrasi
Foto: .
Police line. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LUANDA -- Sebanyak 10 tentara Angola tewas dan sembilan lagi luka akibat bertempur melawan pemberontak di kawasan kantong kaya minyak Cabinda, sehingga menaikkan angka kematian menjadi hampir 40, kata gerilyawan pada Senin (8/8).

Komando tinggi Front Pembebasan Daerah Cabinda (FLEC), kelompok penuntut kemerdekaan di wilayah penghasil setengah dari produksi minyak Angola semakin keras sejak kematian pendiri Nzita Tiago (88) pada awal tahun ini saat berada di Prancis.

Dalam pernyataan tertulis pada Senin, FLEC meminta pemerintah Cina menarik semua warga negaranya di Cabinda karena kehadiran mereka dinilai memprovokasi.

Perusahaan Cina menanam modal besar di Afrika dalam beberapa tahun belakangan untuk mengamankan kekayaan alam benua tersebut sehingga dapat menopang pembangunan ekonomi Cina. Namun, investasi tersebut sering kali menjadi sumber kekerasan oleh penambang setempat terhadap pekerja Cina di Afrika.

Bentrokan terbaru terjadi pada Jumat dan Sabtu pekan lalu di wilayah antara Dinge dan Massabi, kata FLEC. Sebelumnya pada Agustus lalu juga terjadi beberapa serangan yang menewaskan dua gerilyawan dan 17 tentara.

Pemerintah Angola, penghasil terbesar minyak di Afrika, belum mengeluarkan tanggapan atas berita itu. Pada 1 Agustus tahun lalu, pemerintah tidak merespon keterangan dari FLEC mengenai tewasnya tentara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement