Jumat 15 Jan 2016 23:04 WIB

Tiru Etos Kerja Orang Tionghoa

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pekerja di Cina
Foto: economist.com
Seorang pekerja di Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai diberlakukan tahun ini. Maka masyarakat Indonesia pun perlu mempersiapkan diri agar tak ketinggalan dan memiliki daya saing.

Sejarawan Didi Kwartanada mengatakan, menghadapi serangan global seperti sekarang tak ada salahnya bila mencontoh etos kerja Cina. "Orang Tionghoa memiliki etos kerja tinggi, hemat, dan ulet," ujarnya, kepada Republika.co.id, Jumat, (15/1).

Menurut Didi, sebenarnya masyarakat Indonesia terutama suku Padang, juga mempunyai etos kerja tinggi, namun kebanyakan lebih memilih usaha agraris seperti bertani. Sedangkan orang Tionghoa lebih pandai dalam berbagai bisnis.

Pria yang pernah mengikuti program doktor bidang sejarah di National University Singapore ini juga menjelaskan, sejak kecil bangsa Tionghoa sudah diajarkan berbisnis sehingga bertambah mahir saat dewasa.

"Misalnya saja orang Tionghoa sering menyuruh anaknya menjadi kasir, jadi sejak sejak dini mereka dilatih hemat dan bekerja keras, istilahnya tidak ada makan siang gratis," tutur Didi.

Meski begitu, baginya bangsa Indonesia non-Tionghoa pun sudah cukup memiliki keuletan. Contohnya tukang kredit dari suku Sunda yang mampu menjangkau hingga pelosok. "Di Muslim sendiri, beberapa tokoh seperti Aagym (Abdullah Gymnastiar) telah menunjukkan keberhasilan berwirausaha," terang Didi.

Sebelumnya, Ia bercerita pada 1975, Sutan Takdir Alisjahbana pernah mengatakan 'bukan orang Cina yang di-Indonesiakan tetapi orang Indonesia yang perlu di-Cinakan'. Namun karena di masa Orde Baru, orang Tionghoa marginal. Usulan Sutan Takdir pun mendapat banyak serangan protes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement