Sabtu 11 Mar 2017 13:02 WIB

Turki Jalin Kerja Sama Militer dengan Rusia

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: en.trend.az
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Turki tengah berupaya membangun kerjasama militer dengan Rusia. Hal ini khususnya ditujukan untuk menghentikan dan mencegah pergerakan dari kelompok-kelompok militan yang menganggu keamanan dunia. 

Diantaranya adalah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang hingga saat ini masih memiliki basis di sejumlah wilayah di dua negara asal mereka didirikan tersebut. Turki juga mencoba membuat zona aman yang terletak di perbatasan wilayah teritori mereka dengan Suriah. 

Saat ini, menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan negaranya hendak berperan dalam upaya memukul mundur ISIS di Raqqa, Suriah. Dalam pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow, Jumat (10/3) ia mengungkapkan tujuannya. 

"Tentu saja target nyata saat ini adalah Raqqa, di mana ISIS masih memiliki kubu tersisa dan kami ingin memiliki peran untuk menumpas mereka serta menciptakan perbatasan negara kami dengan Suriah sebagai zona aman," ujar Erdogan. 

Rusia menjadi salah satu pendukung utama rezim Pemerintah Suriah yang dipimpin Presiden Bashar Al Assad. Pasukan negara itu beroperasi di wilayah utara Suriah, dekat dengan perbatasan Turki. 

Turki disebut mencari peran militer di Raqqa dengan pertimbangan untuk menumpas pasukan Kurdi, YPG. Pasukan itu baru-baru ini diikut sertakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk membantu memukul mundur ISIS dari salah satu kota di Suriah tersebut.

Selama ini, Turki menganggap bahwa YPG adalah perpanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dikategorikan sebagai organisasi teroris, termasuk oleh Uni Eropa dan AS. Erdogan mengatakan sebuah kesalahan mengikutsertakan kelompok itu untuk membasmi ISIS. 

"Sebuah fakta bahwa sesama organisasi teroris tidak dapat saling mengalahkan. Turki sebagai negara yang memerangi teror akan ikut serta untuk menumpas ISSI, YPG, serta lainnya yang dihadapi dunia saat ini," jelas Erdogan. 

Sebelumnya, AS dilaporkan telah mendatangkan setidaknya 200 anggota marinir ke Suriah. Bersama dengan pasukan lokal, yang diantaranya adalah milisi YPG, sejumlah persiapan untuk menyerbu Raqqa tengah dilakukan. Diperkirakan dalam beberapa pekan ke depan serangan ofensif diluncurkan.

Tidak disebutkan penyebaran marinir dilakukan di wilayah mana saja di kota tersebut atau mungkin wilayah lainnya di Suriah untuk alasan keamanan. Pejabat AS juga menolak menyebutkan berapa jumlah pasti dari anggota tentara mereka yang dikirimkan ke negara itu untuk berperang melawan kelompok militan tersebut.

Erdogan kemudian mengatakan bahwa Turki akan melakukan kerjasama militer secara penuh dengan Rusia di Suriah. Negara itu akan memerangi YPG bersama dengan ISIS, di mana hal ini telah dimulai beberapa waktu lalu. 

Menurut militer Turki, 71 pejuang Kurdi tewas pada Jumat (10/3) lalu. Mereka dihentikan saat mencoba menguasai wilayah di sepanjang perbatasan negara itu dengan Suriah. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement