Selasa 16 May 2017 23:40 WIB

Trump: Saya Punya Hak Mutlak untuk Berbagi Informasi dengan Rusia

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Bayu Hermawan
Presiden AS, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan, dirinya memiliki hak mutlak untuk berbagi informasi, yang sudah dipilih, dengan Rusia. Ia membuat pernyataan pertamanya melalui Twitter di saat Gedung Putih sibuk menyangkal tuduhan bahwa Trump telah membocorkan rahasia AS ke Rusia.

"Sebagai presiden saya ingin berbagi dengan Rusia (pada pertemuan W.H yang dijadwalkan secara terbuka), yang saya punya hak mutlak untuk melakukannya. Fakta-fakta tentang terorisme dan keselamatan penerbangan," kata Trump dalam cuitannya di Twitter, dilansir dari Independent, Selasa (16/5).

"Alasan kemanusiaan, ditambah lagi saya ingin Rusia meningkatkan perjuangan melawan ISIS dan terorisme," ujarnya.

Adapun menurut laporan dari New York Post, Trump telah membocorkan rahasia intelijen saat pertemuan dengan menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov dan duta besar Sergey Kislyak.

Laporan tersebut mengutip pengakuan pejabat saat ini dan mantan pejabat yang menyebutkan informasi yang dianggap sensitif yang diberikan harus melalui pengaturan pembagian intelijen. Sehingga informasi lengkap harus ditahan dan dibatasi ketat dari sekutu, bahkan di dalam pemerintahan AS.

Informasi tersebut terkait dengan rencana Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk melarang laptop dan perangkat elektronik lainnya dari barang bawaan untuk penerbangan antara Eropa dan AS.

Inggris dan AS menerapkan larangan tersebut pada bulan Maret. Peraturan ini mempengaruhi keberangkatan dari bandara di 10 negara berpenduduk mayoritas Muslim, menyusul ancaman teror.

Sementara itu, Penasihat keamanan nasional HR McMaster menolak tuduhan bahwa Trump menyebarkan informasi sensitif kepada Rusia dari sebuah agen asing. Sebuah langkah yang diduga melibatkan kerja sama dengan mitra yang memiliki akses terhadap ISIS yang berisiko.

"Saya berada di dalam ruangan, dan itu tidak terjadi. Presiden dan Menlu meninjau kembali berbagai ancaman umum terhadap kedua negara kita termasuk ancaman terhadap penerbangan sipil," katanya.

"Tidak lama, tidak ada sumber atau metode intelijen yang dibahas dan Presiden tidak mengungkapkan operasi militer yang belum diketahui publik," ujarnya melanjutkan.

Akan tetapi cuitan Trump tersebut menyiratkan bahwa fakta yang disampaikannya kepada Rusia adalah hal baru. Yang tampaknya bertentangan dengan maksud pernyataan McMaster.

Pada pertemuan Rabu tersebut antara Trump, Lavrov dan Kisylak, media AS dilarang hadir. Meskipun seorang fotografer media Rusia diizinkan masuk setelah Gedung Putih disesatkan atas penyamarannya. Ini memicu ketakutan keamanan.

Berbagai pernyataan singkat dikemukakan oleh pejabat Vedung Putih untuk menyangkal tuduhan tersebut. Seperti pernyataan Menlu Rex Tillerson yang mengatakan bahwa Trump membahas operasi kontra-teror dengan Lavrov. Namun mereka tidak membahas sumber, metode, atau operasi militer.

Selain itu wakil penasihat keamanan nasional Dina Powell juga mengatakan bahwa Trump hanya membahas ancaman umum yang dihadapi kedua negara.

Para pejabat itu menolak untuk menjawab pertanyaan yang spesifik. Termasuk apa sebenarnya laporan dari Washington Post itu salah. Namun sumber yang berbicara dengan New York Times dan Buzfeed News juga mengkonfirmasi akan hal tersebut. Meskipun Kementerian luar negeri Rusia juga menolak tuduhan tersebut, yang menyebutnya sebagai berita palsu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement