Sabtu 20 May 2017 18:35 WIB

Ini yang Dibicarakan Trump dengan Raja Salman

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump berjalan bersama Raja Arab Saudi Salman usai upacara penyambutan di Royal Terminal King Khalid International Airport, Riyadh, Sabtu, 20 Mei 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump berjalan bersama Raja Arab Saudi Salman usai upacara penyambutan di Royal Terminal King Khalid International Airport, Riyadh, Sabtu, 20 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di Ibu Kota Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (20/5). Kunjungan ini menjadi bagian dari perjalanan luar negeri pertama pemimpin negara adidaya itu.

Dilansir dari The Independent, Trump tiba bersama dengan sang istri, Melania. Tak ketinggalan sang putri, Ivanka dan suaminya Jared Kushner, serta penasihat Gedung Putih turut mendampinginya.

Kedatangan Trump dan rombongan disambut oleh Raja Salman. Dalam kunjungannya ke Arab Saudi, pria berusia 70 tahun itu diyakini hendak melakukan pembicaraan tentang investasi multimiliar dolar antara dua negara.

Kemudian, Trump dan Raja Salman juga disebut akan membahas mengenai pemberantasan terorisme. Selain itu, kedua pemimpin negara juga membicarakan pengaruh Iran, salah satu negara yang berseberangan dengan Arab Saudi secara regional di kawasan Timur Tengah.

Perjalanan luar negeri pertama Trump dilakukan di tengah masalah politik yang terjadi di AS. Sejak satu pekan terakhir, ia terus mendapat kritik dan perdebatan terjadi antara kalangan politikus AS karena pemecatan direktur FBI James Comey.

Pemecatan Comey yang secara resmi diumumkan pada Rabu (10/5) juga telah banyak menimbulkan pertanyaan. Tak sedikit yang menilai Gedung Putih berusaha mengintervensi FBI di tengah penyelidikan tentang campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.

Dalam surat pemecatan, Presiden AS Donald Trump menyebut diperlukan kembali kepercayaan publik terhadap FBI. Comey dianggap telah mencederai jalannya pemilu AS tahun lalu dengan membuka penyelidikan skandal surat elektronik mantan kandidat dari Partai Demokrat Hillary Clinton.

Dalam sebuah surat perpisahan dengan para staf di biro investigasi federal itu,Comey menulis ia menganggap pemecatan dapat dilakukan terhadap direktur FBI oleh seorang presiden dengan alasan apa pun. Bahkan, pria berusia 56 tahun itu mengatakan dapat dipecat tanpa adanya alasan sekali pun.

"Saya tidak akan menghabiskan waktu mempertanyakan keputusan ini. Bekerja bersama Anda menjadi salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidup saya, terima kasih," tulis Comey.

Sejak resmi diberhentikan, Comey tidak pernah membuat pernyataan publik secara terang-terangan. Ia dilaporkan sempat menolak undangan untuk bersaksi di hadapan Komite Intelijen Senat. Namun, kini ia telah berubah sikap dan setuju memberikan kesaksian terkait penyelidikan kasus campur tangan Rusia pada 29 Mei mendatang.

"Komite berharap dapat menerima kesaksian dari Comey mengenai perannya dalam penyelidikan campur tangan Rusia serta pengembangan penilaian intelijen," ujar Ketua Komite Intelijen Senat AS Richard Burr.

Baca: Trump Sekeluarga Diizinkan Bepergian di Israel Saat Hari Terlarang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement