Jumat 16 Jun 2017 09:13 WIB

300 Imam Austria Minta Muslim Berperan Lebih Besar

Rep: FIRA NURSYAHBANI/ Red: Esthi Maharani
Muslim Austria
Foto: Reuters
Muslim Austria

REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Sebanyak 300 imam di Austria telah menandataebuah deklarasi untuk melawan ekstremisme, kekerasan, dan teror. Mereka yang bergabung dalam Komunitas Agama Islam Austria (IGGÖ) ini juga mengecam ISIS dan meminta rekan-rekan sesama Muslim untuk mengambil peran lebih besar di tengah masyarakat.

"Kekejaman terorisme ISIS bertentangan dengan Islam dan harus dijatuhi hukuman paling parah. Ini adalah teroris yang menyalahgunakan agama Islam damai kita untuk mencapai tujuan politik mereka," ujar deklarasi resmi yang dikeluarkan IGGÖ, dikutip The Independent.

"Kami, para imam Austria, akan terus melakukan segala hal yang kami bisa untuk mempertahankan koeksistensi perdamaian di Austria sebagai bagian dari masyarakat ini," ujar deklarasi itu lagi.

"Tidak ada yang akan menghentikan kami untuk menggunakan perdamaian, kebebasan, keadilan, kesetaraan bagi pria dan wanita, dan jaminan sosial berdasarkan akal dan solidaritas, untuk memberikan kontribusi aktif terhadap pelestarian masyarakat," tambahnya.

Deklarasi IGGÖ juga mengutip sebuah kutipan dari Alquran yang mengatakan, "ketika seseorang membunuh seorang pria, seolah-olah dia telah membunuh seluruh umat manusia, dan siapa pun yang menyelamatkan nyawa seseorang seperti menyelamatkan seluruh umat manusia".

Para imam itu kemudian berkumpul di luar sebuah masjid di Wina untuk membentangkan sebuah spanduk bertuliskan "Bersatu melawan ekstremisme dan teror". Dalam sambutannya, Presiden IGGÖ Ibrahim Olgun mengatakan sebuah agama yang memiliki kedamaian tidak dapat menganut paham fundamentalis, teroris atau radikal. Menurutnya, iman Islam akan tercemar oleh paham ekstremis yang keras.

Langkah tersebut dilakukan setelah parlemen Austria mengeluarkan sebuah undang-undang (UU) kontroversial yang melarang penggunaan burqa di depan publik pada bulan lalu. UU ini rencananya akan mulai berlaku pada Oktober mendatang. UU tetap dikeluarkan meski kenyataannya hanya sebagian kecil perempuan di negara tersebut mengenakan jilbab penuh. Namun ketentuan tersebut tidak berlaku untuk jilbab yang hanya mencakup kepala dan leher.

Austria tidak mengalami serangan ekstrimis seperti negara-negara tetangganya di Eropa. Akan tetapi sekitar 300 orang dari negara itu telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk berperang sejak perang saudara di sana dimulai. Jumlah itu menjadi salah satu yang tertinggi di Eropa.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement