Sabtu 09 Sep 2017 05:03 WIB

Delapan Desa Tempat Warga Rohingya Kembali Dibakar

Red: Nur Aini
Rumah-rumah terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, Kamis, (7/9). Wartawan melihat api baru terbakar di desa yang telah ditinggalkan oleh Muslim Rohingya,
Foto: AP Photo
Rumah-rumah terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, Kamis, (7/9). Wartawan melihat api baru terbakar di desa yang telah ditinggalkan oleh Muslim Rohingya,

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Sebanyak delapan desa dibakar pada Jumat (8/9) di wilayah bagian barat laut Myanmar, tempat sejumlah besar warga Muslim Rohingya berlindung dari gelombang kekerasan yang melanda kawasan itu. Kabar itu didapat dari seorang saksi mata dan tiga sumber kepada kantor berita Reuters.

Kebakaran melanda kotapraja Rathedaung yang dihuni berbagai etnis. Warga masyarakat dari Muslim Rohingya dan pemeluk agama Buddha Rakhine tinggal berdampingan.

"Hari ini sekitar pukul 16, saya melihat api berasal dari desa-desa yang terbakar ...saya melihatnya dari desa Chin tempat saya tinggal sekarang," kata seorang warga desa dari kawasan tersebut yang dihubungi Reuters melalui telepon.

Belum jelas siapa yang membakar desa-desa itu. Para wartawan independen tidak diizinkan masuk ke kawasan tersebut, tempat Myanmar menyatakan pasukannya melakukan operasi pembersihan untuk membela diri dari "kaum teroris ektrimis." Para pemantau hak asasi manusia dan orang-orang Rohingya yang menyelamatkan diri mengatakan tentara dan milisi Rakhine telah melakukan kampanye pembakaran yang bertujuan mengusir penduduk Muslim.

Pembakaran desa menyulut eksodus orang-orang Rohingya ke Bangladesh, tetangga Myanmar. Hampir 270 ribu orang telah menyelamatkan diri kurang daripada dua pekan, menimbulkan krisis kemanusiaan.

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan pemerintahannya melakukan yang terbaik untuk melindungi siapa saja, tetapi ia mendapat kecaman dari berbagai kalangan di dunia karena gagal menghentikan kekerasan dan melindungi minoritas Muslim. Kecamatan itu termasuk seruan-seruan untuk mencabut Hadiah Nobel Perdamaian yang ia perolehnya tahun 1991.

Rathedaung, tempat sejumlah desanya dibakar, adalah kawasan yang dihuni warga Rohingya dan terletak sangat jauh dari perbatasan dengan Bangladesh. Para pekerja kemanusiaan prihatin karena banyak kaum Muslim terperangkap di sana.

Kebakaran-kebakaran itu dibenarkan oleh sumber-sumber termasuk dua pemantau dengan jejaring informan di lapangan, dan seorang wartawan lokal yang berkedudukan di kota Buthidaung, dekat Rathedaung. Mereka mengatakan di antara desa-desa yang terbakar ialah dusun-dusun kecil: Ah Htet Nan Yar dan Auk Nan Yar, sekitar 65 km sebelah utara Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine. Satu sumber mengatakan sebuah kamp untuk pengungsi lokal di kawasan itu juga dilalap si jago merah.

Satu di antara sumber-sumber itu mengatakan 300 hingga 400 orang Rohingya yang menyelematkan diri dari kebakaran-kebakaran lain telah berlindung di Ah Htet Nan Yar hingga hari sebelum kebakaran itu terjadi. Mereka telah meloloskan diri sebelum kebakaran mulai, kata sumber itu, yang mengutip seorang saksi mata.

Penduduk desa sekarang bersembunyi di hutan atau berjalan kaki selama berhari-hari di saat situasi berbahaya pada musim hujan menuju kawasan Maungdaw dan ke lebih ke arah barat ke Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement