Selasa 12 Sep 2017 03:54 WIB

Pengungsi Rohingya Penuhi Rumah Sakit Perbatasan Bangladesh

Rep: Kabul Astuti/ Red: Dwi Murdaningsih
Bocah Rohingya di pengungsian bersama pengungsi lainnya berteduh di sebuah pohon di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh
Foto: Abir Abdullah/EPA
Bocah Rohingya di pengungsian bersama pengungsi lainnya berteduh di sebuah pohon di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Seorang anak laki-laki Rohingya berusia tujuh tahun terbaring di atas kasur compang camping di lantai sebuah rumah sakit pemerintah yang penuh sesak di Bangladesh. Perban menutupi luka bekas tembakan tentara Myanmar yang merobek dadanya sepekan lalu.

Bocah itu adalah salah satu dari 80 pasien Rohingya yang dirawat di rumah sakit. Kebanyakan pasien yang dirawat di sana menderita luka tembak. Kota kecil tempat rumah sakit itu berada telah dibanjiri sekitar 300 ribu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari krisis kemanusiaan di negaranya.
 
"Para tentara mulai menembaki. Saya melihat anak saya di tanah," kata sang ayah, Abu Tahir, dilansir dari Arab News, Selasa (12/9). Di tengah kekacauan, ia membopong anaknya melintasi perbatasan menuju ke tempat yang aman.
 
Rumah Sakit Sadar merupakan fasilitas layanan kesehatan utama di area Cox's Bazaar. Ada 20 dokter yang bertanggung jawab atas ratusan pasien. Para dokter terus menangani luka-luka, seperti luka tembak, trauma benda tumpul, dan luka tusukan dalam skala besar sejak pengungsi Rohingya masuk.
 
Militer Myanmar melakukan penembakan terhadap warga sipil dan pembakaran desa-desa Rohingya. Salah satu pengungsi, Abdul Karim, tergeletak di atas tikar di sudut lain rumah sakit. Sekelompok tentara dan bikdu Buddha menyerang desanya di negara bagian Rakhine, membakar rumah-rumah penduduk, dan menghujani daerah itu dengan tembakan.
 
Peluru tentara Myanmar hampir memutus pergelangan kaki kirinya. Peluru lain mengenai bahu kanannya. Saudaranya, Asir Ahmed, membawa Abdul Karim dengan berjalan kaki selama berhari-hari untuk mencapai Bangladesh. Hal itu membuat kaki kirinya yang terkena peluru mengalami luka busuk.
 
Pada pekan pertama penyerangan, rumah sakit itu merawat 30 orang Rohingya yang terkena luka tembak. Pekan kedua, mereka merawat 50 orang, dan terus bertambah pada pekan-pekan berikutnya. Rumah sakit itu kini mendirikan bangsal terpisah untuk pasien Rohingya.
 
"Ini adalah situasi yang sangat menyedihkan. Kami belum pernah melihat luka kekerasan seperti itu sebelumnya," kata Kepala Rumah Sakit Sadar, Shaheen Abdur Rahman Choudhury. Choudhury menuturkan para pengungsi bahkan harus mengarungi sungai-sungai kotor dan berjalan kaki di udara lembab untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement