Jumat 15 Sep 2017 07:43 WIB

Ratusan Anak Rohingya Tempuh Jalan ke Bangladesh Sendirian

Rep: Puti Almas/ Red: Endro Yuwanto
Relawan Rumah Zakat bermain bersama anak-anak Rohingya.
Foto: rumah zakat
Relawan Rumah Zakat bermain bersama anak-anak Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID,  UKHIA -- Ratusan anak laki-laki Rohingya melarikan diri sendirian dari Rakhine, Myanmar menuju Bangladesh. Mereka nampaknya mencoba menyelamatkan diri dengan mengikuti warga lainnya dari etnis tersebut yang juga memiliki tujuan sama.

Seorang anak bernama Abdul Aziz adalah salah satunya. Ia tidak tahu ke mana harus pergi dan tak dapat menemukan anggota keluarganya. Dalam perjalanan, anak berusia 10 tahun itu bertemu dengan warga Rohingya lainnya.

"Beberapa perempuan bertanya mengapa saya sendirian, di mana orang tua saya dan apa yang bisa saya jawab adalah tidak tahu," ujar Aziz, dilansir NDTV, Jumat (15/9).

Beruntung, warga Rohingya lainnya yang tidak Aziz kenal menawarkan bantuan untuk pergi bersama mereka. Salah satu perempuan yang bertanya mengapa ia pergi sendirian bahkan mengatakan siap menjaga dirinya.

"Salah seorang ibu mengatakan bahwa ia akan menjaga saya seperti anaknya, ikutlah, dan aku pergi bersama mereka," jelas Azis.

Data terbaru yang dicatat oleh badan anak PBB, UNICEF memperkirakan lebih dari 1.100 anak Rohingya melarikan diri dari Rakhine. Namun, hampir seluruhnya tiba sendirian, tanpa orang tua maupun keluarga lainnya di Bangladesh.

Sebagian besar keluarga anak-anak tersebut telah tewas dalam konflik yang terjadi Rakhine. Mereka secara langsung diperkirakan melihat baik ayah maupun ibu, serta saudara lainnya terbunuh.

Beberapa di antara anak-anak yang melarikan diri juga dilaporkan tiba di Bangladesh dalam keadaan terluka. Nampaknya mereka terkena peluru tembakan saat kekerasan di tempat asal terjadi.

Kekerasan yang terjadi pada warga Rohingya, tepatnya mereka yang berada di Rakhine pada 25 Agustus 2017 lalu bermula dari adanya sebuah serangan 30 pos keamanan polisi. Pasukan militer Myanmar saat itu mengatakan ada ratusan orang yang diyakini sebagai kelompok militan asal etnis tersebut membawa senjata dan menggunakan bahan peledak untuk menyerang.

Pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan penyerang kemudian terus berlanjut. Tak hanya itu, tentara negara juga melakukan operasi keamanan di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine.

Situasi di Rakhine semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana. Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan, banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.

Diperkirakan lebih dari 400 orang yang tewas dalam kekerasan terbaru di Rakhine dan kebanyakan adalah warga Rohingya. Selain itu hingga saat ini tercatat ada 370 ribu dari mereka yang mayoritas Muslim tersebut melarikan diri ke Bangladesh.

PBB memperkiraan lebih dari separuh jumlah tersebut adalah anak di bawah umur. Kekhawatiran juga datang karena anak-anak yang melarikan diri dari Rakhine secara sendirian berisiko mengalami pelecehan seksual, perdagangan manusia, hingga trauma psikologis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement