REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-31 ASEAN jadi ajang bagi berbagai pihak guna mendorong Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi mengakhiri krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Pimpinan negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik yang menghadiri KTT itu bersamaan mengeluarkan pernyataan terkait krisis di Rakhine, kemarin.
Salah satu tekanan datang dari Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres yang ia sampaikan saat bertemu Suu Kyi di Manila, Selasa (14/11) pagi. Keresahan terkait Rakhine juga disampaikan Antonio Guterres di hadapan para pemimpin negara anggota ASEAN dalam pidatonya pada Senin (13/11) malam.
“Saya tak bisa menyembunyikan kekhawatiran mendalam terkait pergerakan dramatis ratusan ribu orang dari Myanmar ke Bangladesh,” kata Guterres. Suu Kyi yang duduk tak jauh dari Guterres tampak menghindari kontak mata dan kebanyakan menatap layar yang menampilkan sekjen PBB.
Sebelumnya, PBB mengungkap kasus kekerasan hingga pemerkosaan menimpa pengungsi Muslim Rohingya di Rakhine. Hal tersebut dilakukan anggota tentara Myanmar sejak operasi militer pada 25 Agustus lalu. Fakta tersebut didapatkan PBB seusai mengunjungi pengungsian Rohingya di Cox Bazar, Bangladesh.
PBB mendapati wanita Muslim Rohingya secara sistematis menjadi target oleh militer Myanmar. Guna menghindari kekerasan di kampung halaman belakangan ini, sekira 600 ribu Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Dewan HAM PBB menyimpulkan, yang terjadi di Rakhine sejenis pembersihan etnis.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga menjanjikan akan menyoroti kekerasan terhadap etnis Rohingya menyusul pertemuan mereka pada Senin (13/11). “Kedua kepala negara mendorong disalurkannya bantuan kemanusiaan untuk komunitas-komunitas terdampak,” bunyi keterangan resmi kantor kepresidenan Filipina.
Trump dan Duterte juga mengapresiasi keinginan Pemerintah Myanmar mengakhiri konflik, memulihkan akses media, dan menjamin repatriasi para pengungsi. Seruan itu disampaikan menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Nay Pi Taw untuk membahas krisis Rohingya.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di hadapan para pimpinan ASEAN tak ketinggalan mendesak Myanmar menjalankan rekomendasi Komisi Penasihat Negara Bagian Rakhine yang dipimpin mantan sekjen PBB Kofi Annan. Dalam pidato pada Selasa (14/11), ia mendorong solusi yang adil dan berkelanjutan terkait krisis di Rakhine.
Sedangkan Pemerintah Filipina sebagai tuan rumah mengungkapkan, delegasi negara-negara ASEAN telah menyatakan keprihatinan mendalam terhadap krisis Rakhine. “ASEAN telah menyatakan keprihatinannya kepada orang-orang Rohingya,” ujar juru bicara Presiden Filipina Harry Roque pada konferensi pers di sela-sela KTT ASEAN, Selasa (14/11).
Ia mengungkapkan, ada dua pimpinan ASEAN yang mendorong isu Rohingya di KTT ke-31 ASEAN. Kendati demikian, Roque tak bersedia mengungkapkan kedua pimpinan tersebut.
Terlepas dari tekanan yang disampaikan berbagai negara ASEAN tersebut, belum ada kejelasan soal dicantumkannya kata “Rohingya” terkait krisis di Rakhine dalam komunike pamungkas KTT. Dalam naskah awal komunike, nama etnis yang dipersekusi di Rakhine itu tak muncul.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, Suu Kyi telah memberikan tanggapannya terkait harapan Presiden Joko Widodo terkait krisis di Rakhine. “Termasuk di antaranya mengenai kesiapan Myanmar melaksanakan repatriasi pengungsi Rakhine segera setelah MoU dengan Pemerintah Bangladesh ditandatangani,” kata Retno di Manila seperti dilansir dari laman setkab.go.id, Selasa (14/11).
Selain itu, Myanmar mengklaim, implementasi inisiatif Kofi Anan sudah mulai berjalan dan dijalankan oleh Komite Khusus yang diketuai oleh Kementerian Sosial Myanmar. Suu Kyi juga menyampaikan apresiasi kepada negara-negara anggota ASEAN yang sudah memberikan bantuan kemanusiaan ke Rakhine.
Menlu RI mengungkapkan, ia juga ditemui secara mendadak oleh Menlu AS Rex Tillerson di sela-sela KTT ASEAN, kemarin. “Beliau akan segera berkunjung ke Nay Pyi Taw, Myanmar, besok. Jadi ke sini untuk bertukar informasi mengenai kondisi sekarang ini di Myanmar,” kata Retno, kemarin.
(Debbie Sutrisno, Tulisan diolah oleh Fitriyan Zamzami).